Jakarta, CNN Indonesia -- La Nyalla Mattalitti yang baru saja dipilih menjadi Ketua Umum PSSI gagal bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi karena Imam kini sedang berada di Palembang untuk membuka kompetisi tinju amatir Piala Presiden.
Didampingi dua anggota baru Komite Eksekutif PSSI, Djamal Aziz dan Toni Aprilani, ia mendatangi ke Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga, pada Senin (20/4) siang.
Di tengah jalan menuju kantor Kemenpora, rombongan La Nyalla mendapatkan kabar via layanan pesan singkat bahwa Imam tak berada di tempat. Namun, menurutnya, ia tetap meneruskan pergi ke kantor kementrian yang berada di area kompleks Senayan Gelora Bung Karno tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Niat kami mau audiensi. Meski Kemenpora sudah membekukan, kami ingin mendapatkan penjelasan dari pak Menteri dari mulai keluarnya surat SP satu sampai tiga," kata La Nyalla kepada awak media.
Sebelumnya pada Jumat (17/1) Menpora Imam Nahrawi telah mengeluarkan surat keputusan memberikan sanksi administratif berupa tidak mengakui seluruh kegiatan PSSI.
Menpora juga menyatakan bahwa setiap keputusan dan/atau tindakan yang dihasilkan oleh PSSI termasuk Keputusan hasil Kongres Biasa dan Kongres Luar Biasa tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
La Nyalla kemudian menuturkan keheranannya kepada langkah yang diambil Menpora.
"Yang jelas pengurus PSSI sudah dinyatakan sah oleh FIFA. Semua berlangsung demokratis dan transparan. Saya mendapat ucapan selamat dari FIFA karena FIFA tidak menganggap adanya pembekuan," lanjutnya lagi.
Dalam surat keputusan sanksi, Menpora juga menyatakan bahwa pemerintah akan membentuk Tim Transisi yang akan mengambil alih hak dan kewenangan PSSI sampai dengan terbentuknya kepengurusan baru.
Menpora pun menetapkan bahwa jalannya kompetisi dan keberlangsungan tim nasional akan berada di bawah tanggung jawab Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olahraga Indonesia (KOI).
La Nyalla menilai keputusan tersebut adalah tindakan yang liar sehingga ia siap untuk menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Kemenpora
offside. Semua yang dilakukan Kemenpora
offside. Lucu pengurus atas dibekukan, bawah dirangkul. Ini memecah belah. Kemenpora sudah melakukan
abuse of power. Apakah caranya revolusi mental seperti ini?"
"Saya sudah diberitahu KO dan KOI bahwa mereka menolak melakukan supervisi jalannya kompetisi. Setelah ini saya punya agenda ke kantor KONI, KOI, dan Menko Kesra," kata La Nyalla.
(har/vws)