Petinju: Antara Karier, Hasrat, dan Mata Pencaharian

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Sabtu, 25 Apr 2015 17:04 WIB
Seorang petinju tak selamanya atau selalu menjadi seorang perarung, karena mereka juga punya latar belakang yang terkadang berbeda dari yang terlihat.
Seorang petinju tak selamanya atau selalu menjadi seorang perarung, karena mereka juga punya latar belakang yang terkadang berbeda dari yang terlihat. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Palembang , CNN Indonesia -- Namanya saja amatir, para insan petinju amatir itu masih memiliki profesi lainnya, selain tinju.

"Saya sedang menunggu hasil PNS (Pegawai Negeri Sipil), tinggal menunggu dari Kementerian (Pemuda dan) Olahraga," kata petinju amatir Indonesia yang masuk pelatnas Sea Games, Vinky Montolalu, ketika berbincang dengan CNN Indonesia di Palembang, Jumat (24/4) malam.

Menurut Vinky -- yang berhasil menembus final kejuaraan tinju amatir Piala Presiden 2015 kelas 64 kg -- kegiatan bertinju tak selamanya akan menopang kehidupannya. Diakui pria berusia 25 tahun itu, tinju amatir adalah hobi yang menjelma sebagai batu loncatan karier.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau begitu, ia tak berpikir akan meninggalkan dunia tinju ketika tak lagi aktif bertarung. Itulah yang dilakoni pelatih Vinky di tim Indonesia A, IGM Adi Swandana. Adi merupakan atlet tinju amatir nasional di bawah didikan legenda tinju Indonesia Daniel Bahari di era 1980-an.

Selain berprofesi sebagai pelatih tinju amatir nasional saat ini, Vinky tercatat sebagai guru olahraga di SMKN 5 Denpasar. Kecintaannya pada dunia tinju pun membuat Vinky membangun sasana tinju di rumahnya di ibu kota provinsi Bali itu pada 1993 silam.

Kemudian Denny Hitarihun, salah satu atlet tinju amatir dalam Sea Games 2011 (kelas 49kg). Pria berusia 35 tahun ini juga telah memulai meniti kariernya sebagai pelatih.

Denny merupakan pelatih tim Indonesia-C dalam Piala Presiden ke-22 ini. Ia adalah satu dari delapan pelatih muda yang dipanggil PP Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) untuk menangani timnas dalam Piala Presiden.

Dari keciamikan prestasinya sebagai petinju amatir, Denny diangkat menjadi pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Nusa Tenggara Timur.

"Saya melatih sejak 2013, memang susah meninggalkan dunia tinju," ujar pria yang bertarung di atas ring amatir hampir 14 tahun itu.

Tinju, ujar Denny, bukanlah sekadar melayangkan pukulan kepada lawan di atas ring. Bagi pria yang pada Sea Games 2011 lalu kalah di semifinal atas lawannya dari Thailand, tinju merupakan sebuah seni pertarungan.

Selain itu, tinju juga dapat menarik minat anak-anak muda untuk menyalurkan energi berlebih ke hal positif. Ia pun menyayangkan sedikitnya jumlah kejuaraan tinju amatir yang masih sedikit di dalam negeri ini--terutama mendorong petinju amatir ke kompetisi internasional.

Kini Denny bisa berharap akan generasi penerusnya untuk petinju amatir berprestasi dari NTT. Anak asuhnya di tim Indonesia- C, Mario Kali, berhasil menembus semifinal Piala Presiden kelas 49kg.

Mario Kali yang masih berusia 19 tahun itu baru saja menyelesaikan Ujian Nasional di SMKN I Atambua jurusan Teknologi Informasi.

Serius di dunia tinju bukan berarti tak melakoni pendidikan yang lebih tinggi. Itulah yang dilakoni Farand Parandang. Petinju kelahiran kabupaten Sangihan, Sulawesi Selatan, 8 Februari 1993 itu bertekad menjadi sarjana ekonomi untuk menjaring masa depan yang lebih cerah di luar dunia tinju.

Pelatih tinju putri Indonesia-B Peinina Nanlohy pun tak ingin kalah untuk membangkitkan petinju-petinju potensial di daerah tinggalnya saat ini, Merauke. Perempuan yang akan genap berusia 47 tahun pada bulan depan itu memiliki profesi sebagai guru olahraga di SD YPK Muli, Merauke. Di sisi lain ia pun turut membangun sasana tinju di tempatnya tinggal.

"Di tempat kami tak seperti di sini atau Jakarta, di mana petinju pagi berlatih malam pulang ke rumah. Di tempat kami, petinju menginap dan di kasih makan," kata perempuan yang akrab disapa Peni tersebut.

Bukan hanya itu, Peni mengaku bangga bisa membawa petinju-petinju didikannya ke tingkat nasional. Sayangnya di tingkat internasional--khususnya Asia Tenggara--petinju putri masih kalah dibandingkan Filipina dan Thailand.

"Pengalaman bertanding, itu saja yang kurang dari kita," ujar perempuan asal Saparua, Maluku--daerah asal legenda tinju Indonesia Elyas Pical.

Jika Denny, Adi, dan Penny berkarier di jalur pengabdian, lain halnya dengan pelatih tim Indonesia-B, Darman Hutauruk. Ia lebih memilih jalur wiraswasta di Pekanbaru.

Sementara itu, calon lawan Mario di final Piala Presiden, petinju Malaysia M Fuad Ridzuan adalah seorang anggota angkatan laut yang bertugas di Perak. "Pangkatnya kopral," ujar Pelatih Malaysia, Azmi Yunus.

Itulah sekelumit serba-serbi profesi insan tinju amatir di Piala Presiden ke-22. Petinju dengan profesi pilihan lainnya. (kid/vri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER