Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam beberapa tahun terakhir, FIFA tidak hanya menegakkan hukum di dunia sepak bola, tetapi mereka juga diduga melanggar aturan-aturan hukum tersebut.
Meski memiliki kekuatan besar, FIFA dianggap para pengkritiknya tidak memiliki rasa tanggungjawab yang besar.
Selama beberapa tahun terakhir, FIFA telah dituduh melakukan penyuapan dan korupsi, dengan tuduhan yang semakin menguat ketika Rusia dan Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini penyelidikan semakin meruncing, yang berujung pada tertangkapnya sejumlah tokoh elit FIFA di Swiss, hanya beberapa hari menjelang pemilihan presiden otoritas sepak bola dunia tersebut.
Namun pertanyaan besar yang muncul adalah mengapa Amerika Serikat, sebuah negara yang tak begitu akrab dengan sepak bola, kini menyeret para petinggi FIFA ke meja hijau?
Michael GarciaPertama-tama, semua ini dimulai oleh sosok Michael Garcia, orang yang bertugas untuk menyelidiki kontroversi di balik pemilihan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia.
Mengapa? Piala Dunia jelas merupakan sebuah permasalahan berskala besar. Turnamen itu digelar setiap empat tahun sekali dan saat dilangsungkan, merupakan ajang olahraga terbesar di planet ini.
Pihak penyelenggara Piala Dunia akan mendapatkan banyak keuntungan dari pelaksanaan turnamen tersebut, khususnya secara finansial, berkat potensi turisme yang melonjak selama berlangsungnya kompetisi tersebut.
Namun, ketika FIFA memberikan hak tersebut kepada Rusia dan Qatar, kritikan dari berbagai negara mulai mengalir deras ke otoritas sepak bola pimpinan Sepp Blatter tersebut.
Hal itulah yang membuat Garcia terjun untuk menjadi pihak yang menguak fakta di balik kontroversi.
Selama 19 bulan, Garcia menuangkan hasil penyelidikannya ke dalam laporan setebal 350 halaman, yang membuat FIFA ketar-ketir dan hanya mengeluarkan kesimpulan setebal 42 halaman, dan menyatakan diri mereka 'bersih' dari segala kesalahan.
Namun tanggapan FIFA itu tidak membuat Garcia tinggal diam. Ia melabeli kesimpulan FIFA tersebut melenceng dari kebenaran.
Baca Juga:
Korupsi di FIFA Akut, Sistemik, dan MengakarJames Comey dan Loretta LynchSetelah Garcia campur tangan dalam kontroversi FIFA, giliran James Comey dan Loretta Lynch yang turut mengusik skandal di balik layar otoritas sepak bola yang bermarkas di Zurich tersebut.
Comey merupakan direktur Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI), yang telah melakukan penyelidikan terhadap FIFA selama tiga tahun terakhir, sedangkan Lynch merupakan Jaksa Agung Amerika Serikat.
Lalu mengapa negara Paman Sam ini mengusik FIFA? Semua ini dimulai dari penyelidikan yang dilakukan FBI terhadap segala jenis penyuapan dan korupsi yang dilakukan FIFA di tanah Amerika.
Dan semua itu mengerucut pada satu nama lain, Chuck Blazer, yang merupakan mantan pejabat penting FIFA --yang juga merupakan warga Amerika Serikat.
Blazer yang berada dalam ancaman penjara akibat penunggakan pajak, akhirnya bersedia menjadi informan bagi FBI. Ia juga memberikan dokumen dan rekaman pertemuan dengan para pejabat FIFA yang tidak selalu sejalan dengan hukum.
Lalu mengapa Amerika begitu peduli kepada FIFA? Penjelasan berikutnya akan menyeret nama lain, yaitu otoritas sepak bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF).
Baca Juga:
Loretta Lynch, Perempuan di Balik Penangkapan Petinggi FIFACONCACAFKarena Amerika Serikat tergabung dnegan CONCACAF, dan fakta bahwa Blazer juga merupakan mantan tokoh penting di sana, Amerika kini memiliki akses terhadap dokumen-dokumen dan bukti penyelewengan di organisasi tersebut.
Dan tentunya hal tersebut berujung pada FBI mendapatkan akses untuk mengetahui apakah ada tindakan menyalahi hukum yang terjadi di tanah Amerika Serikat.
Menurut pihak Swiss, para pejabat FIFA yang saat ini ditangkap, diperkirakan telah menerima suap hingga 100 juta dolar AS, mulai dari 1990 lalu hingga sekarang.
Lantas setelah melakukan penahanan terhadap pejabat FIFA, bisakah Amerika Serikat melakukan proses hukum kepada mereka?
Tentu bisa, karena semua tindakan penyuapan yang dilakukan oleh para pejabat FIFA itu, diduga terjadi di Amerika, sehingga negeri Paman Sam tersebut berwenang untuk menangani pelanggaran itu.
"Menurut permintaan dari Pemerintah Amerika, pelanggaran-pelanggaran itu semua disetujui dan disiapkan di Amerika, demikian pula dengan proses pembayaran yang juga menggunakan bank-bank Amerika," ujar Pengadilan Swiss.
Tak hanya itu, pasar televisi Amerika serta miliaran uang yang dibayarkan media Amerika untuk peliputan Piala Dunia juga menjadi salah satu alasan mengapa negeri adi daya tersebut saat ini menguak borok dalam tubuh FIFA.
Baca Juga Berita Selanjutnya:
CONCACAF di Pusaran Korupsi FIFA (vws)