Blatter Mundur, PSSI Minta Tak Disamakan dengan FIFA

Vriana Indriasari | CNN Indonesia
Rabu, 03 Jun 2015 13:53 WIB
Anggota komite eksekutif federasi sepak bola Indonesia, menolak jika PSSI dikaitkan dengan kasus korupsi di FIFA yang akhirnya membuat Sepp Blatter mundur.
Anggota komite eksekutif federasi sepak bola Indonesia, menolak jika PSSI dikaitkan dengan kasus korupsi di FIFA yang akhirnya membuat Sepp Blatter mundur. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengunduran diri presiden FIFA, Sepp Blatter pada Selasa (2/6), seperti menjadi penguat adanya skandal korupsi di otoritas sepak bola dunia itu. Anggota eksekutif PSSI, Tony Apriliani meminta hal tersebut tidak dikait-kaitkan dengan federasi sepak bola Indonesia ini.

"FIFA ya FIFa, PSSI ya PSSI," kata Tony yang kini sedang berada di Singapura untuk menyaksikan ajang olahraga Sea Games, saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (3/6) siang.

Menurut Tony, jika yang dituduhkan terjadi di PSSI itu benar adanya, ia meminta aparat berwenang untuk langsung menangkap. "Misalnya, jika Pak Nyalla benar ketua mafia, ya tangkap saja. Jika saya anggota komite eksekutif bidang keuangan melakukan kesalahan, ya tangkap saja," kata Tony menambahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait sikap Blatter yang memilih mundur, Tony menilainya sebagai tindakan tepat. Menurutnya, pemimpin yang berkuasa lebih dua kali itu tidak akan membawa dampak yang baik.

Setidaknya, lanjut Tony, sang pemimpin akan kekurangan ide untuk mengembangkan organisasi yang dipimpinnya tersebut. "Blatter kan sudah empat kali memimpin dan mencalonkan untuk kelima kalinya."

Pria kelahiran 1956 ini enggan mengomentari kasus yang terjadi di tubuh FIFA dan disinyalir menjadi penyebab maraknya tuntutan agar Blatter tak lagi menjabat pucuk pimpinan organisasi tersebut. Pasalnya, lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran itu mengaku tak mengerti dengan jelas duduk persoalannya.

"Seperti waktu saya menjabat ketua Pengprov PSSI Jawa Barat. Saya hanya menjabat dua periode. Waktu yang lain minta jadi tiga periode, saya menolak."

Tak Tahu Pilihan PSSI

Pada Kongres FIFA, 29 Mei 2015 lalu, PSSI mengirim sang ketua umum dan sekretaris jenderalnya, La Nyalla Mattalitti dan Hinca Panjaitan, untuk memberikan pilihannya. Namun, Tony mengaku tidak tahu siapa calon pilihan PSSI.

"Hal itu tidak pernah dibahas dengan komite eksekutif. Dan hingga kini, saya belum bertemu dengan Pak Nyalla dan Pak Hinca," ujar mantan anggota DPRD Jawa Barat ini menerangkan.

Dikatakan Tony, PSSI memang tidak memiliki aturan bahwa hal seperti itu harus lebih dulu dikomunikasi bersama. Meski membawa nama organisasi, sang ketua umum dan sekjen memiliki kekuasaan penuh untuk memilih.

"Meski dibahas lebih dulu, apa kita akan tahu bahwa yang mereka pilih adalah benar yang disepakati bersama? Kan tidak juga."

Meski demikian, Tony membantah jika hal tersebut melanggar atura. Pasalnya, dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) PSSI, tidak ada peraturan seperti itu.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PSSI, Erwin Dwi Budiawan, saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis siang (28/5) mengatakan kemungkinan federasi sepak bola Indonesia itu memberi dukungannya untuk Sepp Blatter.

"Kami serahkan ke ketua umum. Kemarin kayaknya ke Blatter, tapi belum tahu juga nanti di kongresnya," kata Erwin singkat. (vri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER