Zurich, CNN Indonesia -- Kasus suap bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 menjadi salah satu kasus yang membuat Sepp Blatter tertekan dan akhirnya mengundurkan diri sebagai presiden FIFA. Kasus suap itu kali pertama terungkap melalui laporan 'FIFA Files'.
Adalah suratkabar asal Inggris, The Sunday Times, yang mengungkapkan adanya praktik kotor dalam terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2014.
The Sunday Times sendiri sudah mulai mengungkap kasus suap bidding Piala Dunia 2018 dan 2022 sejak Mei 2011, ketika mereka memberitakan dua anggota Exco FIFA, Issa Hayatou dan Jacques Anouma, menerika 1,5 juta dolar AS dari pihak Qatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui laporan bernama 'FIFA Files', The Sunday Times mengungkap sepak terjang mantan Presiden Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC), Mohammed bin Hammam, yang menyuap sejumlah anggota asosiasi dan Exco FIFA untuk memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Laporan tersebut membeberkan sejumlah bukti surat elektronik, faks, catatan telepon, bukti penerbangan, dokumen dari kantor Hammam di Doha, FIFA, AFC, Asosiasi Sepak Bola Qatar, dan kantor tim pemenangan bidding Piala Dunia 2022 Qatar.
Hammam diduga mengeluarkan memberikan uang hingga 5 juta dolar AS kepada sejumlah petinggi FIFA untuk menciptakan dukungan kepada Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022.
Dalam 'FIFA Files' disebutkan Hammam mengundang 25 anggota Asosiasi Sepak Bola Afrika (CAF) untuk liburan ke Malaysia. Setiap anggota mendapatkan 400 ribu dolar untuk memilih Qatar dalam bidding.
Hukuman Seumur HidupSejumlah uang yang dikeluarkan pihak Qatar juga diklaim dinikmati sejumlah petinggi FIFA, seperti Worawi Makudi dan Jack Warner. Hammam juga dilaporkan menggunakan kekayaannya untuk mencegah suara ke Australia dan Inggris pada bidding Piala Dunia 2018 dan 2022.
Blatter diklaim mengetahui praktik kotor yang dilakukan Hammam. Namun, pria asal Swiss itu tetap pada keputusannya untuk menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Ironisnya, Hammam kemudian dijatuhkan sanksi seumur hidup oleh FIFA dengan menggunakan kasus yang berbeda pada 2012. Pria 66 tahun itu dikenai sanksi karena kasus suap pemilihan presiden pada 2011.
Melalui laporan 'FIFA Files' ini pula desakan agar dilakukan pembersihan di otoritas sepak bola tertinggi dunia tersebut.
'FIFA Files' bisa dianggap sebagai salah satu fondasi bagi Biro Investigasi Federal AS (FBI) melakukan penangkapan terhadap 14 petinggi FIFA karena kasus korupsi dua hari jelang kongres, Rabu (27/5).
Kasus penangkapan itu membuat desakan agar Blatter mundur semakin kuat. Dan empat hari setelah kembali terpilih untuk kali kelima sebagai presiden FIFA, Blatter pun mengungkapkan rencana pengunduran diri.
'FIFA Files' sendiri akhirnya mendapat penghargaan Paul Foot sebagai salah satu laporan investigasi terbaik di Inggris pada 2014.
(har/har)