FIFPro Minta 'Hak Khusus' Sepak Bola Dicabut

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Rabu, 03 Jun 2015 22:23 WIB
Asosiasi Pemain, FIFPro, meminta agar sepak bola tak lagi terbebas dari hukum-hukum normal yang mengatur bisnis, organisasi, atau warga negara lain.
Menurut FIFPro, pemilihan presiden FIFA yang baru bukan hal paling penting saat ini. (REUTERS/Arnd Wiegmann)
Zurich, CNN Indonesia -- Penerus Sepp Blatter sebagai presiden FIFA bukan masalah paling penting yang sedang dihadapi dunia sepak bola dan olahraga ini tidak boleh lagi hidup dalam "gelembung", demikian dinyatakan asosiasi pemain FIFPro pada Rabu (3/6).

"Pemilihan presiden baru FIFA bukan masalah paling penting untuk didebatkan dalam waktu-waktu ke depan," kata FIFpro, yang merupakan asosiasi dari kurang lebih 60 ribu pesepak bola di seluruh dunia.

"Dibutuhkan perhatian lebih untuk membenahi kesalahan struktur dan tata kelola sepak bola yang melekat di level nasional, daerah, dan juga internasional."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang sepak bola menjadi alat pembiakan untuk prilaku korupsi dan penyalahgunaan."

Blatter baru saja mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden FIFA pada Selasa (2/6) waktu setempat setelah ia menjabat selama 17 tahun. Pria berusia 79 tahun itu mengatakan bahwa ia kini tak lagi memiliki mandat untuk memimpin organisasi sepak bola itu karena kehilangan kepercayaan dari suporter, pemain, klub, dan juga seluruh orang yang mencintai sepak bola.

Selain memerintahkan adanya Kongres Luar Biasa untuk memilih presiden baru, Blatter juga meminta adanya reformasi total di tubuh FIFA.

FIFPro mengatakan bahwa olahraga tersebut tidak lagi bisa terlepas dari hukum biasa.

"FIFPro meminta para pemimpin politik kami untuk mempertimbangkan argumen bahwa sepak bola memiliki "hak" untuk dilindungi oleh gelembung yang dikenal dengan nama 'otonomi olahraga'," demikian bunyi pernyataan resmi FIFPro.

"Dalam waktu lama, olahraga telah mendapatkan, dan juga meminta, perlakuan khusus untuk bergerak di luar hukum-hukum normal yang mengatur seluruh organisasi, bisnis, dan juga warga negara. Hasilnya adalah sesuatu yang menyedihkan."

"Stuktur tata kelola sepak bola telah gagal untuk melindungi hak-hak paling dasar pemain dan juga terus membiarkan mereka teraniaya, seperti dalam bentuk kepemilikan pihak ketiga."

FIFPro kemudian mengeluh bahwa para pemain dilarang untuk mendapatkan kerja baru, meski klub mereka tidak membayar mereka tepat waktu.

"Entah itu dalam kasus pemain yang tidak dibayar gaji sesuai kontrak, atau ketidakmampuan para pemain memilih klub baru ketika klub lamanya telah melanggar kontrak...hal-hal dasar seperti ini belum bisa terselesaikan," ujar pernyataan tersebut.

"FIFPro meminta pertanggungjawaban penuh untuk para pemain dan untuk para pemangku kepentingan lainnya, termasuk suporter yang juga telah dibuat menderita oleh krisis kepercayaan terhadap FIFA."

"Pertanggungjawaban seperti itu sangat penting jika proses reformasi akan secara pantas dilakukan." (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER