Menelisik Sejarah 'Eea-Huu' di Bulutangkis Indonesia

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 07 Jun 2015 13:11 WIB
Teriakan "Eaa-Huu" selalu menghiasi kompetisi bulutangkis yang mengambil lokasi di Indonesia, hingga begitu indentik dengan suporter dari negeri ini.
Penonton Indonesia Terbuka selalu memberikan dukungan teriakan 'Eaa' kepada pebulu tangkis Indonesia yang sedang bertanding. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Teriakan Eea-Huu menjadi sesuatu yang "nyaman" di telinga saat pertandingan bulutangkis di Indonesia. Eea diberikan untuk pemain Indonesia sedangkan Huu diperuntukkan bagi lawan. Lalu bagaimana sejarah sorakan 'Eea-Huu' di bulutangkis Indonesia?

Saat sebuah shuttlecock melayang ke arah pemain Indonesia, penonton di Istora pun dengan kompak berteriak Eea. Shuttlecock pun kemudian melaju ke seberang net.

Pemain lawan Indonesia bersiap memukul shuttlecock tersebut. Lalu mereka menyambutnya dengan koor teriakan Huu yang membahana. Begitu terus berulang-ulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat sebuah reli berakhir, ketika pemain Indonesia mendapat poin, maka seruan Eea-Huu akan ditutup teriakan gembira Yeaaah. Sebaliknya, saat reli tersebut berakhir dengan poin bagi lawan, maka seruan Eea-Huu akan berujung pada nada kecewa Aaaah.

Evolusi Teriakan Pendukung Bulutangkis

Pebulutangkis Indonesia di dekade 1980-an, Lius Pongoh mengenang saat dirinya aktif bermain. Menurutnya, teriakan Eea belum sempat mengiringi perjuangan pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia saat itu.

"Waktu saya bermain belum ada yaaa sorakan Eea-Huu seperti sekarang ini. Yang saya ingat waktu itu hanya ada sorakan Huu," tutur Lius mengenang.

"Jadi setiap lawan memukul bola jadi penonton bersorak Huu itu saja. Kalau kami (pemain Indonesia) memukul belum ada iringan teriakan Eea," katanya menambahkan.

Lantaran di zaman Lius belum ada, maka peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 1983 ini pun bisa memastikan bahwa zaman sebelum dia pun sorakan 'Eea-Huu' belum ada.

Beranjak ke generasi berikutnya, Rexy Mainaky yang mewakili generasi 1990-an mengaku ia sudah akrab dengan teriakan Eea-Huu. "Sejak awal karier, teriakan Eea-Huu sudah ada," tutur Rexy.

"Bagi saya, teriakan Eea itu menambah semangat. Pukulan yang saya lakukan seperti jadi berirama," kata Rexy yang menjadi juara Olimpiade 1996 bersama Ricky Subagdja ini.

Dan setelah momen itu, teriakan 'Eea-Huu' makin lekat dengan suporter-suporter Indonesia. "Saat saya menjadi pelatih di luar negeri, para pemain sering kagum dengan kemeriahan suporter Indonesia. Mereka selalu memuji kehebatan suporter Indonesia yang turut membuat mereka jadi lebih bersemangat saat bermain," ucap Rexy.

Eksistensi 'Eea-Huu' dalam dukungan suporter Indonesia terus meningkat hingga saat ini. "Faktor penonton ini pula yang membawa saya bisa melaju hingga ke babak perempat final," tutur pebulutangkis Indonesia, Jonatan Christie.

Walau prestasi tahun ini belumlah sebaik yang diharapkan, para suporter Indonesia tak pernah lelah berteriak di Istora. Dan sepertinya nyanyian 'Eea-Huu' akan kekal abadi di dalam barisan suporter Indonesia. (ptr/vri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER