Jakarta, CNN Indonesia --
Artikel ini diterjemahkan dari artikel di situs CNN Internasional berjudul Tiger Woods: 'Golf is A Lonely Sport'Tiger Woods mungkin telah mencapai titik terendah dalam hidupnya, tapi tidak berarti orang-orang berhenti peduli padanya.
Dalam Turnamen Memorial pekan lalu di Ohio, pegolf berusia 39 tahun tersebut mencatatkan hasil terburuk dalam karier profesionalnya, di saat ia juga mencatat angka rata-rata tertinggi yang pernah ia capai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dengan Woods yang menjadi figur paling besar dalam olahraga tersebut -- raihan 14 gelar mayor membuatnya jadi pegolf dengan koleksi gelar kedua terbanyak sepanjang sejarah setelah Jack Nicklaus dengan 18 gelar -- kejatuhannya terus menjadi salah satu cerita paling menarik dalam dunia olahraga.
"Apakah kita akan berpaling? Apakah kita akan mengangkat bahu dan melanjutkan hidup? Atau apakah kita akan tetap menontonnya? Tentu saja," kata Dave Shedloski dari majalah
Golf Digest.
"Keagungan memancarkan daya magnet yang hidup lebih lama ketimbang sumbernya.
"Memang, kami tetap menonton Tiger Woods karena kami belum pernah melihat sesuatu yang seperti dia, dan dia mungkin akan melakukan sesuatu yang menakjubkan lagi. Kapan kita berhenti mempedulikannya? Kapan kita berhenti menonton? Belum saatnya. Tidak akan pernah."
Tahun ini dengan cepat berubah menjadi tahun yang mengerikan bagi Woods.
Setelah mencatatkan nilai 82 dalam satu putaran -- nilai terburuk dalam kariernya -- di Phoenix Terbuka bulan Januari, Woods jatuh ke lubang yang lebih dalam dengan mencatatkan 13-di atas-par 85 pada hari Sabtu.
Catatan ini termasuk enam bogey, dua bogey ganda, yang kemudian berkulminasi menjadi delapan bogey di lubang ke-18.
Woods tetap lolos ke babak selanjutnya dan ia mampu memperbaiki nilai pada hari Minggu dengan mendapatkan angka 74. Namun, total 302 angka yang ia dapatkan dari total empat putaran tetap menyisakan rasa malu.
Woods memasang wajah berani setelah kekalahan terakhir itu.
"Ketika Anda sedang panas, tidak ada orang yang bisa menghentikanmu. Namun, tidak ada orang yang akan membantumu juga, ketika Anda jatuh. Ini adalah salah satu olahraga terkeras. Telan saja," kata Woods pada situs resmi PGA.
"Ini olahraga yang sepi."
Saking sepinya, pada Minggu, Woods dipaksa untuk menjalani ronde keempat sendirian karena ia berada di peringkat paling buncit dari 71 pemain.
Meski demikian, para penonton tetap mendatangi
green ke-18 Klub Golf Muirfield Village untuk memberikan dukungan kepada pria yang diprediksi akan menyelesaikan turnamen di peringkat terakhir.
 Kehadiran Tiger Woods di turnamen US Masters tetap menarik perhatian para penggemar golf. (REUTERS/Phil Noble) |
Masalah kebugaran tetap berkontribusi pada kejatuhan Woods di peringkat dunia -- ia kini di peringkat 181
Menyelesaikan turnamen di peringkat 17 turnamen US Master tetap menjadi satu-satunya hal positif yang ia dapatkan dari tahun 2015 yang membuatnya frustrasi.
Selanjutnya, pada bulan ini ia akan menghadapi Amerika Serikat terbuka. Hanya sedikit orang yang memprediksi turnamen ini akan menjadi gelar pertama Woods sejak 2008.
"Anda bisa berargumen, kini Tiger berada pada titik paling jauh dari situasi di mana ia bisa memenangkan gelar mayor," kata editor golf
Sports Illustrated. "Turnamen selanjutnya adalah kejuaraan mayor lainnya. Tidak perlu ada harapan terlalu tinggi."
Konsensus di antara para pengamat adalah hari-hari ketika Woods membuat dunia golf terguncang telah usai, namun para penggemar golf masih terus berharap ia masih memiliki satu momen brilian lagi.
"Akankah kami mulai tidak peduli pada Tiger, bahkan ketika ia di kondisi terburuknya, sedang tersesat, dan juga sangat jauh dari hari-hari jayanya?" tanya Bob Harig, penulis golf
ESPN.
"Jawabannya tidak, bahkan di tengah-tengah teriakan kemarahan dari mereka yang merasa heran mengapa kami tetap mengeksploitasi Woods, yang nyaris jatuh dari peringkat 200 besar dunia dan terlihat sangat jauh dari performa terbaiknya."
"Mengapa? Karena ia Tiger Woods."
(arby/vws)