Jakarta, CNN Indonesia -- Di dunia sepak bola, Amerika Latin bukanlah daratan yang kering dari talenta-talenta sepak bola berbakat, terlebih beberapa legenda sepak bola dunia seperti Pele atau Diego Maradona, lahir di sana.
Bahkan sudah merupakan pemandangan umum bahwa klub-klub elit Eropa terus berusaha 'menjaring' talenta-talenta muda berbakat dari Amerika Latin.
Mulai dari Luis Suarez (direkrut Groningen di usia 19 tahun) hingga Lionel Messi (direkrut Barcelona di usia 11 tahun), banyak bocah-bocah Amerika Latin yang melanglang buana di daratan Eropa dan menjelma menjadi bintang sepak bola di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun tak semua pemain memiliki jalan seperti Suarez atau Messi yang langsung dicomot oleh klub-klub Eropa.
Banyak pemain yang membutuhkan panggung untuk menjadi ajang merebut perhatian para pencari bakat dari berbagai belahan dunia, dan salah satu panggung tersebut adalah ajang Copa America.
Kompetisi yang akan dimulai, Jumat (12/6) dini hari WIB nanti, akan menjadi ajang unjuk gigi pesepakbola Amerika Latin, selain tentunya untuk membawa negara mereka masing-masing menjadi yang terbaik.
Pemain Terbaik Tak Selalu BersinarNamun meski mampu unjuk gigi di Copa America, tak sedikit pula pemain muda Amerika Latin yang seakan limbung ketika berlaga di daratan Eropa.
Salah satunya adalah pemain muda terbaik di Copa America 2011 lalu, Sebastian Coates. Pemain Uruguay yang mencuri perhatian berkat penampilan kokohnya di jantung pertahanan itu namanya justru mulai menghilang ketika hijrah ke Eropa.
Setelah tampil gemilang bersama Uruguay, Coates direkrut klub Liga Primer Inggris, Liverpool, untuk menambal pertahanan mereka. Coatse juga diproyeksikan untuk menggantikan Daniel Agger yang rutin dibekap dengan cedera.
Namun selama mengenakan seragam Liverpool, Coates lebih dikenal sebagai pemain bertahan yang ceroboh dan tampak kesulitan mengimbangi tempo cepat Liga Primer.
Bahkan satu-satunya kenangan Coates bersama Liverpool hanyalah gol spektakuler --sekaligus satu-satunya gol-- yang ia cetak saat menghadapi Queens Park Rangers di Liga Primer.
Tendangan gunting pemain berusia 24 tahun itu sempat membuat suporter Liverpool merasa mereka akhirnya dapat melihat talenta Coates sebenarnya. Namun yang terjadi kemudian, namanya justru menghilang dan akhirnya dipinjamkan ke Sunderland.
Sempat dibekap cedera di awal kariernya bersama Sunderland, Coates mulai menemukan kepercayaan dirinya dan menjadi bagian dari skuad tim asuhan Ronald Koeman tersebut. Ia sudah jadi pilihan reguler Koeman dalam semusim terakhir.
Meski demikian, masa depan Coates di Liverpool sendiri masih menjadi tanda tanya. Rapuhnya lini belakang Liverpool mungkin bisa jadi jalan untuk Coates kembali ke Anfield.
Selain itu, bila Coates sukses tampil mengesankan di Copa America tahun ini, maka itu bisa jadi godaan terbesar untuk Liverpool agar mereka memanggil pulang Coates.
Ajang Talenta LatinCopa America sendiri tidak pernah kehilangan pesonanya. Hal itu tidak lain karena banyak bintang-bintang Eropa yang kembali pulang dan membela negaranya masing-masing.
Mulai dari Philippe Coutinho (Brasil), Alexis Sanchez (Chile), dan tentunya Lionel Messi (Argentina), Copa America kali ini tidak akan kehilangan sentuhan-sentuhan gemilang di atas lapangan.
Tak hanya bintang-bintang berbakat yang terkenal di Eropa, para pemain yang bermain di liga lokal seperti Nicolas Lodeiro (Uruguay) atau Romel Quinonez (Bolivia) juga bakal meramaikan pesta ini.
Selain itu pemain-pemain yang relatif tidak terlalu dikenal seperti Darren Mattocks (Jamaika), Joel Campbell (Kosta Rika), hingga Jonathan Gonzalez (Ekuador) maupun Derlis Gonzalez (Paraguay), juga menanti kesempatan untuk unjuk gigi.
Kisah Coates mungkin bukan kisah manis bagi talenta-talenta muda penuh harapan Amerika Latin. Namun ajang Copa America tetap merupakan landasan untuk meraih kesuksesan di masa depan.
(ptr/ptr)