London, CNN Indonesia -- Tak mudah untuk menggoyahkan seorang Serena Williams dalam satu tahun terakhir. Petenis perempuan nomor satu di dunia tersebut sedang mengalami masa keemasan keduanya dan tampil nyaris tanpa cela dalam tiga turnamen
grand slam terakhir.
Bahkan, dalam kondisi melawan sakit demam pun Williams masih bisa meraih kemenangan, seperti yang ia tunjukkan dalam partai semifinal Perancis Terbuka melawan Timea Bacsinzky.
Dengan servis as yang mematikan, juga pukulan
forehand dan
backhand yang sama baiknya, Williams memang seolah sempurna sebagai petenis sehingga sulit sekali bagi para petenis perempuan lain bahkan sekadar untuk mendapatkan
breakpoint melawan Williams.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usia yang telah menginjak 33 tahun juga menjadikan Williams petenis yang lebih matang. Ia tidak lagi meledak-ledak di atas lapangan dan lebih sering melakukan perhitungan.
Namun, petenis perempuan nomor satu Britania Raya saat ini, Heather Watson, mampu mengejutkan dunia tenis. Bermain di babak ketiga turnamen Wimbledon pada Jumat (3/7) sore waktu setempat, Watson yang sempat kalah mudah di set pertama mampu membuat Williams tersudut di dua set berikutnya.
 Serena Williams terlihat gelisah saat bermain melawan Heather Watson. (REUTERS/Suzanne Plunkett) |
Williams pun gelisah. Dahinya terlihat berkali-kali berkerut dan dirinya berulang kali melakukan
unforced-error. Pukulan yang biasa dengan mudah ia kembalikan kini justru melebar keluar. Lagi dan lagi.
Pada set ketiga, Williams menyambut setiap angka yang ia dapatkan seolah seperti sedang melawan musuh besarnya, Maria Sharapova. Ia berteriak dengan keras untuk melepaskan seluruh ketegangan.
Sementara itu, keberanian Watson, petenis yang kini menduduki peringkat 59 dunia itu, membuat publik Inggris terkesima. Dengan cepat area di sekitar Center Court Wimbeldon dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menyaksikan pertarungan Watson lewat layar lebar.
Tak salah lagi, ribuan orang itu menginginkan Watson menang. Mereka berteriak gembira pada setiap angka yang didapatkan Watson dan berdecak gelisah setiap kali Williams menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.
"
Come one, Heather...you can do it," juga berkali-kali terdengar di setiap jeda sebelum kedua petenis mengambil bola pertama.
Tapi Serena adalah Serena. Seolah tak ingin impiannya merebut empat grand slam dalam satu tahun kalender menghilang, pada akhirnya ia menemukan tenaga untuk balik menyudutkan Watson. Kali ini, giliran Watson yang menyaksikan dirinya mengembalikan bola-bola mudah dengan pukulan yang terlalu melebar.
Di akhir pertandingan, Watson yang mengidolai Williams dan memiliki poster sang petenis Amerika Serikat di kamarnya itu harus tertunduk lesu. Ia kalah dari Williams dengan hanya terpaut dua angka. Tanpa perlu dikomandoi, para penonton SW19 pun berdiri dan memberikan tepuk tangan sekeras mungkin pada petenis yang nyaris saja menciptakan kekagetan terbesar tahun ini dengan mengalahkan Williams.
Williams sendiri mengakui bahwa Watson sangat layak untuk menang.
"Saya kira ia bermain dengan sangat luar biasa dan seharusnya memenangi pertandingan. Ia harusnya bisa menembus peringkat 20 besar dunia... Ia harus memiliki target lebih tinggi lagi karena ia bisa mencapai yang lebih baik," kata Williams yang mengakui bahwa pertandingan tersebut adalah yang tersulit selama bertahun-tahun ia tampil di Wimbledon.
Dunia tenis juga turut serta memberikan hujan pujian bagi Watson lewat sosial media.
Meski demikian, Watson tak bisa menutupi bahwa ia merasa sangat terluka dengan kekalahan itu.
"Saya tak ingin menyebut kekalahan sebagai hari terbaik dalam karier saya," kata Watson. "Yang saya lihat hari ini adalah kesempatan bagi saya untuk menjalani pekan kedua grand slam... tidak penting siapa musuh saya di seberang net."
"Beban yang sangat, sangat berat hari ini. Namun saya sangat, sangat dekat. Saya kira itulah yang paling melukai saya."
(vws)