Jakarta, CNN Indonesia -- Matthew Fogarty yang berpasangan dengan Bjorn Seguin memang kalah 18-21, 8-21 dari Hendra Aprida Gnawan/Andrei Adistia di babak pertama Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015, namun ia tetap berhasil jadi "pemenang" karena berhasil menunjukkan semangat luar biasa dan tak kalah dengan usia.
Fogarty lahir pada 30 Oktober 1956, yang berarti sesaat lagi ia akan menginjak usia 59 tahun. Namun, ia terbukti sukses bertahan di lapangan selama 29 menit saat menghadapi Hendra/Andrei.
"Sebagai seorang dokter, saya mengerti benar bahwa bulutangkis sangat bagus untuk menjaga kondisi fisik. Karena itulah dengan tampil di sini, saya berharap para pemuda bisa tergerak untuk bermain bulutangkis dan merasakan manfaatnya bagi tubuh," tutur Fogarty kepada media seusai pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan usia yang sudah terbilang lanjut, Fogarty tentunya tidak menjalani persiapan seperti halnya para pebulutangkis muda yang masih aktif berburu gelar juara. "Saya harus bisa mengatur strategi dan menjaga kondisi fisik. Karena pada siang hari saya sibuk dengan urusan pekerjaan, maka saya berlatih pada malam hari."
Terdengan sangat mepersiapkan diri meski dengan kesibukan lainnya yang luar biasa. "Saya memiliki motivasi untuk melakukan hal itu karena saya sangat mencintai bulutangkis," kata Fogarty.
Berusia 59 tahun, Fogarty sepadan dengan legenda bulutangkis Indonesia, Liem Swie King. Jika merunut "rumus normal", Fogarty seharusnya sudah pensiun di pengujung dekade 80-an atau era 90-an.
Namun Fogarty terus mengayun raket, bahkan mereka masih mengecap juara Brasil Terbuka pada 1999, dan juara nasional setahun berikutnya. Untuk tahun ini, Fogarty juga masih aktif terjun di beberapa turnamen internasional seperti Peru International Series, Mercosul International, dan Peru Internacional.
Di turnamen Mercosul Internasional, Fogarty turun di dua nomor, ganda putra dan campuran, serta mampu melewati dua babak awal di dua nomor tersebut. Di ajang Peru International Series, Fogarty bahkan bermain di nomor tunggal putra.
Pada 2009 lalu, Fogarty yang saat itu berpasangan dengan Dean Schoppe, pernah diminta undur diri dari panggung internasional. "Karena kami sudah terlalu tua, namun tidak ada peraturan yang bisa melarang kami bermain karena alasan sudah terlalu tua," tutur Fogarty.
Meskipun di satu sisi masih melajunya Fogarty jadi salah satu indikasi bahwa regenerasi di bulutangkis Amerika Serikat sangatlah lemah dan lamban. Di sisi lain semangat juang Fogarty patut diacungi jempol. Daya juangnya di lapangan berhasil membuatnya jadi salah satu "pemenang" di Kejuaraan Dunia kali ini.
(ptr/vri)