Jakarta, CNN Indonesia -- Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 memasuki hari terakhir. China kembali menegaskan dominasi mereka dengan menempatkan wakil terbanyak di babak final dengan jumlah lima wakil.
Sementara itu tuan rumah Indonesia, bersama India, Malaysia, Spanyol, dan Denmark sama-sama menempatkan satu wakilnya di partai puncak ini.
Lalu bagaimana gambaran jalannya final hari ini? Berikut ulasannya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zhang Nan/Zhao Yunlei vs Liu Cheng/Bao YixinDuel sesama tim bulutangkis China ini bakal jadi pembuka parade final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015.
Dari segi jam terbang dan teknik, Zhang Nan/Zhao Yunlei ada di atas Liu Cheng/Bao Yixin. Mereka amat termotivasi untuk bisa mempertahankan gelar juara dunia yang diraihnya tahun lalu.
Dalam perjalanan menuju babak final, Zhang Nan/Zhao Yunlei berhasil menunjukkan jawaban mengapa mereka pantas untuk terus berdiri kokoh di posisi nomor satu dunia.
Dari rekor pertemuan, lima kemenangan dari lima duel sebelumnya terjadi lewat dua game langsung, pas untuk menjelaskan mengapa Zhang Nan/Zhao Yunlei bakal kembali menaklukkan rekannya tersebut di final kali ini.
Carolina Marin vs Saina NehwalIni adalah satu-satunya final ideal bila melihat posisi unggulan karena mempertemukan unggulan pertama dan kedua.
Dari rekor pertemuan, Marin baru bisa sekali menang atas Saina namun kemenangannya itu terjadi di pertemuan terakhir mereka di All England.
Duel ini sangat mungkin berlangsung dalam durasi waktu yang panjang karena kedua pebulutangkis sama-sama dikenal merupakan tipe yang ngotot dan memiliki daya juang yang tinggi.
Dua pemain ini pula merupakan dua pemain asing kesayangan publik Istora. Menarik untuk dilihat siapa yang bakal mendapatkan dukungan dari penonton.
Peluang kedua pemain untuk memenangkan pertarungan ini bisa dibilang 50-50, namun melihat performa mereka di semifinal, Marin bisa lebih berada di atas angin.
Lee Chong Wei vs Chen LongUntuk kesekian kalinya publik Malaysia berharap Lee Chong Wei bisa mengakhiri rasa penasaran mereka untuk memiliki juara dunia bulutangkis.
Sebagai negara bulutangkis, sangat aneh rasanya karena Malaysia belum memiliki juara dunia sementara Amerika Serikat dan Spanyol bahkan sudah memilikinya.
Di partai puncak, Chong Wei bakal bertemu Chen Long, lawan yang juga mengandaskan mimpinya tahun lalu.
Dari rekor pertemuan, Chong Wei kalah 9-11 dan hal itu disebabkan karena Chong Wei selalu takluk dalam tiga pertemuan terakhir.
Melihat performa pemain di turnamen ini, Chong Wei tampil cukup stabil sejak awal turnamen sedangkan Chen Long agak goyah namun akhirnya menunjukkan performa terbaik di babak semifinal.
Boleh jadi ini kesempatan terbaik terakhir yang dimiliki Chong Wei untuk jadi juara dunia karena dua tahun lalu persaingan pasti akan makin sengit.
Chong Wei akan sangat termotivasi di lapangan namun bila hal itu berubah jadi beban, publik Malaysia harus bersiap lagi untuk kembali menunggu.
Zhao Yunlei/Tian Qing vs Kamilla Rytter Juhl/Christinna PedersenKemunculan Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen di babak final merupakan sebuah kejutan. Sementara itu Zhao Yunlei/Tian Qing lagi-lagi sukses menunjukkan bahwa mereka tetaplah duet berbahay meskipun sempat dipisah.
Bila Zhao Yunlei/Tian Qing tampil seperti saat babak semifinal dengan kombinasi serangan maut yang cepat dan mematikan, maka kemenangan akan sangat lebih condong ke arah mereka.
Dari rekor pertemuan, Zhao Yunlei/Tian Qing memimpin 6-4 namun pertemuan keduanya terakhir terjadi tahun lalu sehingga tak bisa jadi gambaran kekuatan terkini mereka berdua.
Ganda Denmark pastinya juga memiliki kans untuk menang, terutama bila mereka berhasil mengintimidasi Zhao Yunlei/Tian Qing lewat postur tubuh mereka yang menjulang tinggi dan pembukaan serangan yang lebih cepat.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan vs Liu Xiaolong/Qiu ZihanKemunculan Liu Xiaolong/Qiu Zihan sebagai lawan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan terbilang cukup mengejutkan.
Xiaolong/Zihan sempat jadi ganda putra harapan China namun kemudian mereka gagal tampil konsisten. Pastinya mereka berharap bisa menjadikan titel juara dunia tahun ini sebagai momentum kebangkitan mereka.
Sementara itu Ahsan/Hendra pada tahun ini juga butuh titel besar yang bisa dijadikan tambahan kepercayaan diri menuju Olimpiade Rio de Janeiro tahun depan.
Meski kemunculan Xiaolong/Zihan mengejutkan, Ahsan/Hendra tetap harus waspada dan tak memandang remeh ganda China ini.
Dalam perjalanan mereka menuju ke final, Xiaolong/Zihan menaklukkan Mathias Boe/Carsten Mogensen dan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa. Dari segi rekor pertemuan pun, kedua ganda ini berbagi angka sama, 2-2.
Pertemuan terakhir mereka ada di Kejuaraan Asia 2015 saat Ahsan/Hendra menang 21-18, 11-21, 24-22, menggambarkan betapa tak mudahnya duet China ini untuk ditaklukkan.
Grafik Ahsan/Hendra di ajang ini terbilang menunjukkan grafik peningkatan sehingga diharapkan tren ini bisa berlanjut di partai final.
Bila Ahsan/Hendra bermain normal dan tak banyak membuat kesalahan, maka Ahsan/Hendra bisa dengan segera menemukan ritme permainan terbaik mereka sejak awal dan menekan lawan.
Dukungan penuh penonton bakal jadi kekuatan ekstra Ahsan/Hendra untuk berjuang mati-matian membuat Indonesia Raya dinyanyikan di hari terakhir Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 ini.
(ptr)