Jakarta, CNN Indonesia -- Citra Indonesia di mata internasional pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 diselamatkan oleh ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Mereka menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil mendapatkan medali emas pada ajang tersebut, dengan nomor tunggal putra-putri dan ganda campuran lemas tak berdaya menghadapi kekuatan negara lain.
Kedewasaan permainan Ahsan/Hendra yang dipasangkan pada 2012 ini terlihat di partai puncak Kejuaraan Dunia 2015 melawan pasangan Liu Xiaolong/Qiu Zihan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu kemarin (16/8)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tepatnya ketika mereka membutuhkan satu angka terakhir. Tinggal selangkah lagi ganda putra nomor satu Indonesia bisa menjadi juara dunia untuk yang kedua kalinya usai Mohammad Ahsan mematahkan servis Liu Xialong dari China dan mengubah papan skor menjadi 20-14 untuk Merah Putih.
Meski memiliki keunggulan angka cukup jauh, Ahsan/Hendra tak ingin terburu-buru.
Sebelum melakukan servis, Hendra mengangkat tangan ke arah pasangan Liu Xiaolong/Qiu Zihan, tanda meminta sedikit waktu untuk mengatur nafas, mengelap keringat, dan mengatur detak jantung di tengah gemuruh sorak sorai penonton yang berjarak beberapa meter dari tepi lapangan saja.
Ahsan kemudian melakukan servis, dikembalikan oleh Xialong, dibalas oleh hsan, dan pada pukulan keempat Xiaolong membuat pukulan lurus terlalu kencang.
Alhasil, Ahsan menghindar dan Indonesia pun menggondol gelar juara dunia yang kedua usai pukulan Xiaolong mendarat di luar lapangan.
Ganda Putra PertamaKesuksesan tersebut membuat Ahsan/Hendra menjadi pasangan pertama di Indonesia yang berhasil dua kali meraih gelar juara dunia. Sejak era Tjun Tjun/Johan Wahjudi (1977) sampai Markis Kido/Hendra (2013), tak ada pasangan yang berhasil melakukannya.
Padahal, Ahsan/Hendra sendiri baru 'disatukan' pada 2012 silam sehingga perjalanan mereka sebagai pasangan sebenarnya baru terhitung tiga tahun.
Setelah gagal meraih podium tertinggi bersama Bona Septano di Olimpiade 2012, Ahsan dipasangkan dengan Hendra yang juga baru berpisah dengan pasangan duetnya Markis Kido, usai 13 tahun bersama.
Ahsan-Hendra memulai penampilan perdana di turnamen Denmark Terbuka 2012. Keduanya langsung menunjukkan potensi sebagai ganda putra andalan Indonesia dengan mencapai babak semifinal.
Perjalanan kejayaan Ahsan/Hendra berawal dari kemenangan turnamen Malaysia Terbuka pada 2013 usai mengalahkan pasangan dari Korea, Lee Young-dae dan Ko Sung-hyun dengan skor 21-15 21-13 di partai final.
Gelar juara berikutnya, yaitu pada Indonesia Terbuka 2013 dan Singapura Terbuka 2013, memupus anggapan negatif dan keraguan bahwa mereka bukan merupakan pasangan serasi.
Keduanya pun sempat tercatat menjadi pasangan ganda nomor satu dunia pada 26 November 2013, sebelum kini turun peringkat di nomor lima dunia. Dalam laga-laga selanjutnya, Ahsan/Hendra panen kemenangan seperti di Jepang Terbuka 2013 dan Kejuaraan Dunia 2013.
Ahsan dan Hendra sendiri mengakui bahwa tahun 2013 adalah saat-saat terbaik mereka.
"Bagi kami momen paling berkesan dalam karier kami saat berpasangan adalah Kejuaraan Dunia 2013. Kami mampu menjadi juara dunia untuk pertama kalinya setelah setahun berpasangan," tutur Hendra.
"Makin mengesankan karena kami berhasil berturut-turut menjadi juara di Indonesia Super Series Premier, Singapura Super Series, Kejuaraan Dunia, di tambah Jepang Super Series," kata Ahsan menegaskan.
Namun masa-masa kejayaan tersebut sempat tersendat-sendat di 2014, terutama karena kemunculan ganda putra dari Korea Selatan Lee Yongdae/Yoo Yeonseong yang menghambat mereka di berbagai kompetisi.
Ahsan/Hendra baru bisa membalas kekalahan lima beruntun dari Lee/Yoo ketika menang di partai final Asian Games 2014. Tak tanggung-tanggung mereka menundukkan pasangan negeri gingseng tersebut di hadapan publik Incheon, Korea Selatan.
Emas dari Asian Games tersebut dilengkapi dengan gelar All England dan Hong Kong Terbuka di tahun yang sama.
Tak berhenti di sana, pasangan asal Palembang dan Pemalang itu terus menampilan keganasan di panggung utama bulutangkis. Kejuaraan Dunia 2015 dan Malaysia Terbuka 2015 adalah gelar paling anyar yang berhasil mereka ukir.
Tanpa berlama-lama istirahat usai menjadi juara, kini kedua insan bangsa tersebut tengah fokus mempersiapkan Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
"Kami belum memikirkan untuk pensiun atau apa yang akan kami lakukan selepas Olimpiade mendatang," kata Hendra kepada CNN Indonesia saat diwawancara usai latihan di Pelatnas PBSI, Cipayung (20/8).
"Kami tidak memikirkan, kami menjalankan saja apa yang ada di depan sana. Kalau dipikirkan pusing jadinya," ucap Ahsan menambahkan.
(vws)