Jakarta, CNN Indonesia -- Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan resmi menjadi pasangan ganda putra pasca Olimpiade London 2012. Sejak resmi dipasangkan, Ahsan dan Hendra menjalani proses panjang hingga akhirnya mereka bisa sampai di titik saat ini, dua kali juara dunia.
Ketika pertama kali dipasangkan dengan Ahsan, Hendra sendiri tengah mengalami kekecewaan. Ia gagal lolos ke Olimpiade London meski ia memiliki status juara bertahan -- bersama dengan Markis Kido. Sementara itu Ahsan jadi harapan Indonesia bersama Bona Septano namun akhirnya gagal memberikan medali bagi kontingen Indonesia.
Dengan kegagalan Hendra saat itu, banyak yang beranggapan masa emasnya sebagai seorang atlet sudah habis dan hanya tinggal mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam diri saya, saya masih memiliki keyakinan untuk bisa berprestasi dan saya butuh suasana baru. Tetapi saat itu saya belum tahu dengan siapa saya akan bermain karena saya juga harus melihat proyeksi ganda putra yang ada di pelatnas," ucap Hendra mengenang.
Meski memiliki keyakinan dalam dirinya, dengan sifatnya yang cenderung pendiam dan kalem, pada awalnya sulit bagi Hendra untuk memutuskan kembali ke pelatnas.
"Hendra lebih dulu bilang ke Aryono Miranat yang ketika itu jadi pelatih ganda putri apakah ia masih bisa kembali ke pelatnas. Kemudian Aryono menyampaikan pada saya dan saya berkata tidak ada masalah," ujar pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
"Setelah saya memberikan lampu hijau, barulah Hendra berani menghadap saya. Saya ingat kata-katanya kepada saya yaitu 'Koh, apakah menurut Koh Herry saya masih bisa berprestasi?' dan tentu saja saya jawab bisa," katanya menambahkan.
Setelah melalui perundingan, Hendra dan Ahsan akhirnya sepakat berpasangan. Ahsan pun memiliki keyakinan besar bahwa Hendra bisa tetap jadi ganda hebat meski usianya makin bertambah.
"Sebagai pemain, Hendra memiliki jam terbang tinggi dan banyak pengalaman," ucap Ahsan.
Hari-hari Awal Ahsan/HendraSebagai pasangan anyar, duet Ahsan/Hendra tidak langsung dianggap sebagai penantang serius dalam peta persaingan ganda putra.
"Kami memiliki keyakinan tetapi tidak terlalu berpikir jauh duet ini diikat kontrak pasangan selama berapa tahun dan hal-hal lainnya. Tugas kami adalah berlatih dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya," ucap Ahsan.
"Meski diiringi banyak keraguan, saya memiliki optimisme bahwa duet Ahsan/Hendra bisa berbicara banyak. Ganda beda dengan nomor tunggal, butuh kematangan berpikir dari pemainnya, jadi usia senior Hendra justru merupakan kelebihan yang pas dipadukan dengan Ahsan," kata Herry memberikan penilaian.
Walaupun ada aura optimisme dari Herry, Ahsan dan Hendra tetap berjuang keras terutama ketika baru dipasangkan. Sebelumnya, baik Ahsan dan Hendra berpasangan dengan rekan duet yang seumuran namun kini mereka harus berpasangan dengan rekan yang beda umur.
Ahsan berpasangan dengan pemain yang lebih senior, sedangkan Hendra berduet dengan pemain yang lebih muda. Dengan sifat Hendra yang cenderung pendiam dan tenang, maka Ahsan banyak mengambil inisiatif untuk membuka percakapan.
"Kami kan sudah kenal sebelumnya dan sudah sama-sama di pelatnas jadi tidak canggung sepenuhnya. Namun memang saya banyak bertanya pada Hendra karena dia memiliki pengalaman dan jumlah gelar yang lebih banyak dari saya," ujar Ahsan mengakui.
"Lagipula Hendra tidak sepenuhnya pendiam seperti yang dinilai oleh orang-orang," kata Ahsan sambil tertawa.
Upaya membangun chemistry terus dilakukan oleh Ahsan/Hendra seiring hari berganti. Bukan hanya lewat latihan-latihan di lapangan, melainkan juga aksi di luar lapangan.
"Bila sedang pergi ke luar negeri, kami jadi teman sekamar dan juga saling bertukar pikiran mengenai apapun," kata Ahsan.
Lalu pernahkah keduanya bertengkar atau terlibat perselisihan selama berpasangan?
"Bersyukur kami belum pernah bertengkar selama berpasangan," ujar Hendra yang diamini oleh Ahsan.
Ujian bagi Ahsan/Hendra memang tidak mudah. Di awal berpasangan, Hendra hampir selalu mendapat pertanyaan tentang perbedaan antara Ahsan dengan Kido, rekan duet Hendra sebelumnya.
"Saya sih tidak peduli dengan semua ucapan-ucapan seperti itu karena mereka yang mengkritik pun tak memberikan apa-apa pada kami."
"Saya hanya berusaha untuk terus berlatih dan bertanding sebaik mungkin," kata Ahsan.
Setahun setelah dipasangkan, kerja keras Ahsan/Hendra mulai terlihat. Titel Kejuaraan Dunia 2013 menjadi milik mereka, menyusul gelar-gelar bergengsi lainnya.
Chemistry Ahsan/Hendra di lapangan makin kuat dan mereka pun sukses menjelma jadi salah satu ganda terkuat.
Tony Gunawan, Arsenal, dan Manchester UnitedSelain sama-sama berstatus ayah dua anak, kesamaan Ahsan dengan Hendra mereka sama-sama menunjuk Tony Gunawan sebagai pemain idola mereka.
"Tony merupakan tipe pemain ganda yang komplet. Ia bisa berpasangan dengan siapapun dan mencatat prestasi luar biasa," ujar Ahsan.
"Semasa junior, saya melihat ketekunan Tony dalam berlatih. Ia benar-benar sosok yang disiplin dan pekerja keras dalam latihan sehari-hari," kata Hendra menimpali.
Bila Ahsan dan Hendra memiliki kesamaan dalam hal pemain idola, maka tidak demikian halnya dengan klub sepakbola favorit.
Ahsan memilih mendukung Arsenal dan Hendra adalah penggemar Manchester United. Kedua klub tersebut adalah rival abadi dalam perburuan gelar Liga Inggris setiap musimnya.
Meski berbeda klub sepakbola favorit, Ahsan dan Hendra lagi-lagi memiliki kesamaan, yaitu sama-sama tak memiliki banyak waktu untuk menonton klub favoritnya berlaga, baik melalui layar televisi ataupun langsung di stadion.
"Bila di rumah, saya paling hanya menonton jika pertandingannya tidak terlalu malam. Kecuali momen-momen penting seperti partai final maka bisa saja saya bergadang," ucap Hendra.
"Bila sedang di Inggris, tentu kami punya kesempatan untuk menonton langsung di stadion namun kami tak bisa melakukannya. Hal itu dikarenakan kami pasti pergi ke All England dengan target tinggi dan butuh konsentrasi penuh selama di sana," kata Ahsan menegaskan.
(ptr)