Kudus, CNN Indonesia -- Prestasi level dunia tidak hanya lahir dari kerja keras sang atlet, namun juga membutuhkan totalitas para orang tua.
Tak sedikit orang tua yang rela mengeluarkan banyak uang demi melihat anaknya tersenyum bahagia. Hal itu tergambar jelas di final audisi PB Djarum 2015.
Andi Akhmad berdiri di bawah terik sinar matahari yang menyengat di GOR Djarum, Kudus, Sabtu (5/9). Di hadapannya, terlihat kaos tanda peserta audisi milik sang buah hati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini baju anak saya. Basah. Nanti harus dipakai lagi jadi sekarang harus dikeringkan dulu," tutur Andi, orang tua dari Muhammad Wahyudi Akhmad kepada
CNN Indonesia.
Andi dan Wahyudi datang dari Makassar setelah sang putra lolos audisi yang diselenggarakan di kota tersebut. "Saya sudah bolos kerja dari Jumat untuk menemani anak ke sini. Soal biaya, saya tidak banyak pikirkan karena yang terpenting, saya bisa mendukung anak mengejar cita-citanya," katanya menambahkan.
 Andi Akhmad sedang menjemur pakaian anaknya yang basah oleh keringat agar cepat kering dan bisa dipakai lagi di audisi final di GOR Djarum, Kudus. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar) |
Andi mengaku merupakan pecinta bulutangkis. Lantaran itu pula, tak sulit baginya mendukung cita-cita sang anak menjadi atlet bulutangkis.
Belum lagi, menurut Andi, anaknya sudah bersiap mati-matian menghadapi audisi ini. Wahyudi, lanjutnya, sudah meminta izin dari sekolah sejak tiga bulan terakhir. "Dia juga sering tidur siang di lapangan," kata Andi.
Hari itu kian sempurna karena ternyata Wahyudi juga sedang merayakan ulang tahunnya. Andi pun berharap hasil yang menyenangkan sebagai kado sang anak.
Kesempatan Tidak Datang Dua KaliStatus orang tua hebat bukan hanya milik Andi. Adalah Rusnawati dan sang suami yang rela pergi jauh dari Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, untuk mengantar sang anak, Muhammad Rayhan Nur Fadillah.
"Daerah kami itu masih butuh lima jam untuk bisa ke Banjarmasin. Baru setelah itu kami naik pesawat menuju Semarang dan berlanjut ke sini," ucap Rusnawati.
Keduanya datang ke Kudus karena tak bisa ikut acara serupa di Kota Makassar. Mereka tetap menjalaninya meski belum tentu lolos ke final. "Ternyata anak kami berhasil lolos. Jadi kami perpanjang hari-hari kami di sini," kata Rusnawati sambil tertawa.
Tiga orang berangkat dari Kalimantan Selatan menuju Kudus selama seminggu, tentunya uang yang dikeluarkan keluarga Rusnawati tidaklah sedikit. Biaya tiket pesawat, hotel, makan, dan lain-lain.
"Uang bisa dicari lagi nanti. Yang terpenting kami bisa mendukung cita-cita dan keinginan anak kami," ucap Rusnawati yang merupakan pemilik toko di tempat tinggalnya.
Lolos Audisi Bukanlah Hal UtamaCinta orang tua terhadap anak-anak tak melulu berujung dengan balasan manis. Suyatno, orang tua Antony Farendra bisa jadi salah satunya.
Suyatno dan sang anak pergi ke Kudus menggunakan bus dari Bandar Lampung. Suyatno rela melakukan perjalanan darat selama belasan jam, demi bisa melihat anaknya memperjuangkan cita-citanya.
"Saya berpesan pada anak saya untuk menikmati setiap pertandingan yang ia mainkan di sini. Jangan pikirkan menang-kalah atau lolos-tidak lolos audisi," tutur Suyanto yang berprofesi sebagai ahli reparasi jam ini santai.
Bukan karena tak berambisi melihat anaknya lolos audisi, Suyatno melainkan karena ia ingin sang putra menikmati tiap proses mewujudkan cita-citanya.
"Dia masih muda, 11 tahun. Masih panjang jalan untuk mewujudkan cita-citanya karena itu ia harus terus bersemangat," ujar Suyatno.
Laku, pemikiran, dan harapan tiga orang tua di atas merupakan sebagian gambaran perasaan para orang tua yang menggandeng tangan anak-anaknya menuju GOR Djarum.
Mereka berdiri di belakang sang anak sebagai penyangga kekuatan cita-citanya. Mereka berdiri di samping sebagai penyemangat sang anak, dan menanti di depan ketika sang anak butuh tempat perlindungan.
(ptr/vri)