Magelang, CNN Indonesia -- Sejak era Taufik Hidayat berakhir, Indonesia selalu gagal merebut gelar bergengsi dari nomor tunggal putra bulutangkis. Sampai kapan keterpurukan ini akan berlangsung?
Indonesia kali terakhir meraih gelar bergengsi di nomor tunggal putra ketika Taufik menjadi juara Asia pada 2007. Setelah itu, para tunggal putra Indonesia hampa gelar.
Kehadiran pemain seperti Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Dionysius Hayom Rumbaka, dan Tommy Sugiarto, tidak mampu membawa Indonesia berjaya di ajang bergengsi seperti Olimpiade atau Kejuaraan Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini muncul empat nama pemain muda yang digadang-gadang akan mampu mengulangi sukses Taufik. Mereka adalah Jonatan Christie, Firman Abdul Kholik, Ihsan Maulana, dan Anthony Ginting.
Mampukah mereka mengembalikan kejayaan Indonesia di nomor tunggal putra? Bagi legenda tunggal putra Indonesia, Joko Suprianto, keempat pemain itu masih membutuhkan waktu untuk bisa berbicara banyak.
"Bukan titik terendah. Sekarang ini tunggal putra secara keseluruhan itu sedang berbenah. Prioritasnya memang ada di pemain-pemain muda seperti Jonatan, Firman, Ihsan dan Anthony," ujar Joko ketika ditemui di Yogyakarta, Jumat (21/8).
"Kita tunggu saja tiga atau empat tahun ke depan. Tapi, yang jelas kita masih punya pemain muda yang bisa berkembang," sambungnya.
Di Bawah PBSILegenda tunggal putra lainnya, Hariyanto Arbi, juga meyakini Indonesia baru akan memiliki juara dunia baru atau 'pengganti' Taufik dalam waktu tiga atau empat tahun ke depan.
"Buat mereka berempat prospeknya cukup bagus. Ada tren positif yang bisa ditunjukkan. Mungkin perlu 3-4 tahun ke depan untuk kita bisa lihat hasilnya secara keseluruhan," tegas pebulutangkis yang merebut gelar All England 1993 dan 1994 tersebut.
Jika Joko dan Hariyanto memprediksi Indonesia baru akan memiliki juara dunia dalam tiga atau empat tahun ke depan, lain halnya dengan Alan Budikusuma.
Tunggal putra Indonesia yang meraih medali emas Olimpiade 1992 di Barcelona itu memiliki prediksi yang lebih radikal. Alan meyakini salah satu dari keempat pemain muda tersebut sudah bisa menjadi 'Taufik baru' dalam hitungan satu tahun ke depan.
"Saya harapkan paling tidak satu tahun kemudian. Kita punya empat pemain muda, untuk menggantikan Tommy dan Hayom. Terkadang prosesnya memang tidak seperti yang direncanakan, tapi kita punya empat pemin yang potensial," tegas Alan.
Lebih lanjut, suami dari Susi Susanti itu memberikan syarat agar Jonatan, Firman, Ihsan, dan Anthony bisa meraih sukses di kancah internasional.
"Mereka harus berada di bawah PBSI. Karena di luar susah. Harus ada tim dan backup, kalau sendiri biaya sangat mahal. Kalau bertanding semuanya harus dibawa, sampai tukang pijet. Itu di luar pelatih," ucap Alan.
"Kalau di luar, bukan berarti tidak bisa, tapi berat. Pemain akan berpikir macam-macam ketika masuk ke lapangan. Belum lagi biaya sewa lapangan, harus punya manajer, lawan tanding, dan beli shuttlecock. Itu semua membutuhkan biaya."
Hayom dan Tommy saat ini berada di luar Pelatnas Cipayung. Hayom 'dilepas' PBSI karena prestasinya yang terus menurun, sementara Tommy memilih untuk berjalan di luar PBSI.
"Yang lebih menyulitkan lagi, sekarang Tommy dan Hayom berada di luar PBSI. Karena PBSI tidak bisa langsung mengontrol semua keperluan berlatih, sehingga menjadi sebuah kerugian bagi mereka pribadi," ucap Alan.
(har)