Jakarta, CNN Indonesia -- Bermula dari "pertemuan" tak sengaja dengan raket dan shuttlecock, salah satu remaja Indonesia, Jonatan Christie kini terjun dan serius meniti karier di dunia bulutangkis profesional.
Bukan lantaran ingin mengikuti jejak legenda bulutangkis Indonesia. Tidak juga karena tertarik pada pesona olahraga tersebut yang membawa Jonatan memilih terjun ke dunia tepok bulu ini.
"Sebenarnya enggak kepikiran untuk jadi atlet bulutangkis. Papa pilih (olahraga) indoor karena takut saya hitam," ujar Jonatan kepada
CNN Indonesia. "Saya juga awalnya tak kenal atlet-atlet bulutangkis."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, pebulutangkis yang berhasil memenangkan Kejuaraan Daerah DKI Jakarta 2008 itu mulai menikmati kariernya di dunia bulutangkis. Ia bahkan sempat membuat kejutan saat menjadi juara satu Indonesia International Challenge (IIC) 2013.
Dalam ajang tersebut, Jonatan berhasil mengalahkan pemain yang usaianya terpaut cukup jauh. Adalah Alamsyah Yunus, pemain yang usianya terpaut sebelas tahun.
Dukungan Penuh KeluargaMeniti karier sebagai pebulutangkis muda, Jonatan diuntungkan dengan dukungan penuh pihak keluarga. Sang nenek yang dulu menolak putranya (Ayah Jonatan) menjadi atlet, pun memberi dukungannya.
"Dulu papa atlet juga. Nenek saya dulu melarang anaknya masuk dunia olahraga," ujar Jonatan bercerita. "Tapi begitu papa punya anak, sekarang jadi berbalik seratus persen. Seperti merasa bersalah kenapa dulu papa tak diijinkan (menjadi atlet)."
Pemain berusia 18 tahun itu pun tak ingin menyia-nyiakan dukungan yang diperolehnya. Jonatan tegas menyatakan keseriusannya untuk fokus di salah satu cabang olahraga prestasi Indonesia ini.
Terlebih bagi Jonatan, bulutangkis merupakan peluang baginya untuk merambah dunia internasional. "Olahraga di Indonesia yang bisa go international itu hanya bulutangkis. Olahraga lain memang bisa, tapi lebih sulit," ujar Jonatan menambahkan.
Jaminan Masa DepanMemulai karier di dunia bukutangkis secara "kebetulan", Jonatan tetap berusaha bersikap positif terkait masa depannya. Pebulutangkis muda yang menargetkan posisi 20 besar dunia itu juga yakin di masa depan atlet-atlet Indonesia akan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
"Saya dengar Menpora (Imam Nahrawi) menyiapkan tunjangan masa tua saat atlet pensiun. (Reancana) Itu saya pikir bagus," ujar Jonatan. Mudah-mudahan saja itu terwujud, bukan hanya sekadar gagasan."
Dari alasan agar tidak menjadi hitam, Jonatan telah menjelma menjadi salah satu potret anak muda Indonesia dengan kemampuan yang layak dibanggakan. Terutama kini, saat Indonesia merindukan seorang juara dunia di cabang tunggal putra.
Tak hanya membebankan tugas mengharumkan nama bangsa yang kepada Jonatan dan atlet lainnya, pemerintah juga punya kewajiban. Jaminan masa depan yang lebih baik bagi atlet berprestasi, seperti janji menpora yang terngiang di kuping Jonatan.
(vri/vri)