Kudus, CNN Indonesia -- Audisi umum PB Djarum selalu diminati oleh banyak anak-anak dari seluruh penjuru Indonesia. Selain karena PB Djarum merupakan salah satu klub besar di Indonesia yang telah melahirkan banyak atlet kelas dunia, Fasilitas GOR Djarum, Jati, Kudus, adalah salah satu faktor yang menggoda para peserta audisi.
Fasilitas latihan GOR Jati Kudus ini memang terbilang menggoda siapa saja untuk terpesona. Para peserta audisi pun banyak yang terbelalak ketika melihat langsung.
"Ma, ini seperti yang kita lihat di televisi
yah Ma," ucap Muhammad Rayhan Nur Fadilah saat baru saja tiba di GOR Jati untuk mengikuti proses final audisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memakan biaya Rp30 miliar, GOR Jati berdiri perkasa di lahan seluas 4,3 hektar. Di dalamnya terdapat GOR dengan fasilitas 16 lapangan dengan tribun penonton sebagai pelengkap di sisi kanan maupun kiri.
Di belakang gedung untuk lapangan, menempel langsung asrama putra dan putri berjumlah 40 kamar dengan kapasitas dua orang per kamar.
Di dalam kamar, para atlet muda dilarang memiliki televisi. Menonton televisi hanya diperbolehkan di ruang audio visual bersama-sama sesuai dengan ketentuan jam malam.
"Kami memang menghadirkan fasilitas untuk atlet muda dengan standar internasional. Bukan hanya dari segi lapangan latihan, namun kami juga menerapkan standar tinggi untuk gizi, kamar tempat hunian atlet, dan lainnya," ucap Eddy Prayitno, Koordinator Operasional GOR Jati.
Selain menghabiskan hari-hari di lapangan latihan, para atlet muda ini juga masih diwajibkan menimba ilmu di sekolah.
"Kami berprinsip bahwa anak-anak harus tetap sekolah."
"Meskipun kadang ada jadwal pertandingan di luar kota yang menyebabkan mereka tak bisa sekolah, hal itu kami tutupi dengan pemberian tugas dari guru," tutur Eddy bercerita.
Dengan fasilitas standar internasional seperti itu, para atlet PB Djarum jelas merasa diistimewakan. Meski demikian, mereka tak bisa santai-santai begitu saja karena persaingan untuk bertahan di PB Djarum sangatlah ketat.
"Begitu ada atlet yang baru masuk, tentu akan kami pantau dalam satu tahun ke depan. Setelah itu kami lihat apakah dia masih bisa lanjut atau tidak."
"Pun begitu halnya dengan atlet lainnya di sini. Setiap tahunnya akan ada evaluasi dan berujung pada degradasi," tutur Eddy.
Baca Juga:
Audisi PB Djarum, Menilai Bakat dalam Waktu SingkatSulit Lari di Gunung MuriaSebagai GOR yang diresmikan berdiri pada 2006, GOR Jati masih terbilang muda bila meniik sejarah panjang klub PB Djarum yang berdiri sejak tahun 1969.
Sebelum GOR Jati digunakan, para atlet PB Djarum berlatih di GOR Kaliputu dan sebelumnya di GOR Bitingan Lama.
"Beberapa nama pemain yang benar-benar ditempa sejak awal di GOR Jati Kudus ini sudah masuk pelatnas diantaranya Ihsan Maulana Mustofa, Bayu Pangisthu, dan Kevin Sanjaya," ucap Eddy.
Dengan sejarah panjang PB Djarum, ada beberapa ritual klasik yang dilaksanakan oleh para atletnya, salah satunya adalah lari di Gunung Muria. Namun untuk saat ini, hal tersebut tidak bisa sesering mungkin dilakukan.
"Kondisi yang ada di sana sudah berbeda. Saat ini kondisinya sangat ramai sehingga sulit untuk bisa lari sesering mungkin seperti generasi-generasi sebelumnya," ucap Eddy.
Baca Juga:
Terima Kasih Ayah! Terima Kasih Ibu! (ptr)