Kegagalan Serena Tak Berarti Akhir Dunia

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 20 Sep 2015 16:45 WIB
Tahun 2016 bisa menjadi tahun yang spesial bagi Serena Williams menutup kariernya sebagai seorang petenis karena kegagalan di akhir 2015 bukan segalanya.
Serena Williams gagal mendapatkan empat grand slam dalam 2015. (Quinn Rooney/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Serena Williams dan Steffi Graf mengapung di permukaan jelang grand slam Amerika Serikat Terbuka 2015. Serena berada dalam kondisi yang tepat untuk menandingi nama besar Graf karena bisa menyamai dua rekor Graf di saat bersamaan.

Serena yang telah memenangi 21 gelar grand slam tinggal terpaut satu titel lagi untuk berdiri sejajar dengan Graf. Tidak hanya itu, kemenangan di AS Terbuka bakal membuat Serena mengulangi torehan Calendar Grand Slam (memenangi empat titel grand slam pada tahun yang sama) yang pernah dibukukan oleh Graf pada tahun 1988 lalu.

Semua sepertinya akan berjalan lancar bagi Serena. Ia bertanding di rumah sendiri dan main di turnamen yang sudah pernah enam kali dimenangi oleh dirinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mengingat semua kelelahan yang teramat sangat yang saya alami di New York. Saya merasakan seluruh harapan tertuju pada saya."

"Hal itu sungguh menyesakkan dan membuat saya sulit berkonsentrasi terhadap jalannya turnamen. Sungguh situasi yang sangat kacau ketika itu," ucap Graf mengenang momen sebelum dirinya terjun ke AS Terbuka pada tahun 1988 lalu.

Graf boleh saja merasa panik karena saat itu ia masih berusia 19 tahun. Namun Serena tahun ini sudah berada di umur yang sangat matang. Ia sungguh berpengalaman dan sudah berkali-kali menghadapi situasi yang menegangkan.

Dan memang Serena begitu mantap menjejakkan kaki di babak semifinal AS Terbuka. Memang ia butuh tiga set untuk menaklukkan Bethanie Mattek-Sands dan Venus Williams, namun publik masih menganggap bahwa hal itu justru akan membuat Serena sudah dalam kondisi panas jelang semifinal.

Di babak semifinal, Serena ditemani oleh Roberta Vinci, Flavia Pennetta, dan Simona Halep. Dari rekor pertemuan, Serena unggul 4-0 atas Vinci, memimpin 6-1 atas Halep, dan tak pernah terkalahkan dalam tujuh pertandingan melawan Pennetta.

Kondisi demikian membuat banyak orang yakin bahwa nyaris tak ada rintangan berat yang bisa meruntuhkan mimpi Serena.

Bagan semifinal mempertemukan Serena dengan Vinci. Jangankan menang, petenis Italia itu tak pernah sekalipun merebut satu set darinya.

Namun yang kemudian terjadi adalah mimpi buruk bagi Serena yang juga bisa jadi bukti bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini. Vinci sukses mengalahkan Serena, merebut mimpi Serena di hadapan negaranya sendiri.

"Saya tak mau membicarakan tentang bagaimana kekecewaan yang saya alami. Bila ada pertanyaan lain, saya akan menjawabnya."

"Saya katakan sekali lagi, saya tidak pernah merasa tertekan. Saya tidak pernah merasa tertekan untuk memenangi turnamen ini dan hal itu sudah saya katakan sejak awal," ucap Serena usai kekalahannya.

Serena Masih Favorit

Serena memang pada akhirnya gagal mewujudkan calendar grand slam seperti halnya yang dilakukan oleh Graf 27 tahun lalu. Namun hal itu tidaklah berarti akhir dunia baginya.

Vinci memang mengalahkan Serena, namun ia tidaklah mengambil seluruh kemampuan yang ada dalam diri petenis kelahiran Michigan tersebut.

Serena kalah namun ia tetap akan jadi favorit di turnamen-turnamen tenis, setidaknya untuk tahun depan.

Dan untuk catatan 22 gelar grand slam milik Graf, semua percaya bahwa Serena masih memiliki banyak waktu untuk menyamai atau bahkan melampauinya.

Bukan hanya sekedar catatan milki Graf, bahkan rekor milik Margaret Court dengan 24 trofi juara. Serena 'hanya' butuh empat titel grand slam lagi untuk menegaskan statusnya sebagai petenis terhebat sepanjang masa.

Sejak tahun 2012, Serena selalu mendapatkan setidaknya satu gelar grand slam tiap tahunnya. Melihat persaingan yang ada, Serena tetap akan jadi petenis terdepan begitu turnamen grand slam resmi digulir.

Saat kompetisi WTA tahun 2015 dimulai, Serena memang harus kembali mengulang dari garis start untuk mengejar ambisi meraih calendar grand slam. Namun bersamaan dengan itu, beban yang ada di pundaknya, meski tak diakui Serena, juga turut terangkat.

Hal itulah yang bakal meringankan ayunan raket Serena di turnamen grand slam awal tahun nantinya.

Tahun depan, gelaran Olimpiade dilaksanakan dan itu berarti Serena berpeluang untuk benar-benar melakukan hal yang sama persis dengan Graf di tahun 1988.

Pada 1988, Graf juga memenangkan medali emas Olimpiade dan torehannya bukan hanya disebut Calendar Grand Slam, melainkan Calendar Golden Slam.

Serena tidak akan dibayangi pertanyaan itu di awal tahun namun mungkin hal tersebut akan mulai mengiringi langkahnya bila ia sukses menyapu gelar Australia Terbuka, Prancis Terbuka, dan Wimbledon hingga pertengahan tahun.

Dan apabila empat gelar grand slam dan medali emas benar-benar disabet oleh Serena, maka ia akan sah menjadi petenis terhebat sepanjang masa di akhir tahun depan.

Hal itu tidak lain karena Serena bakal menyamai catatan Graf soal Calendar Golden Slam dan juga melampaui rekor gelar grand slam terbanyak milik Court di waktu yang bersamaan.

Dilatarbelakangi cerita 'kegagalan' di tahun ini, sukses di tahun depan akan menjadi cerita penutup yang manis bagi karier Serena. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER