Menakar Kriteria Calon Manajer Liverpool

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2015 18:05 WIB
Brendan Rodgers merupakan sosok manajer ke-19 bagi Liverpool. Ia telah dipecat karena performa buruk tim. Seperti apakah kriteria seorang manajer berikutnya?
Skuat Liverpool membutuhkan seorang pelatih yang memiliki motivasi kuat untuk mengangkat kembali performa tim tersebut. (Reuters / Carl Recine)
Jakarta, CNN Indonesia -- Brendan Rodgers merupakan sosok manajer ke-19 bagi Liverpool. Akhir pekan lalu ia telah dipecat karena performa buruk tim tersebut sejak awal musim ini.

Manajer tersukses sejak klub itu dirikan pada 1892 silam adalah Bob Paisley (1974-1983). Paisley berhasil menyumbang enam gelar liga, lima Charity Shield, tiga Piala LIga, tiga Piala Eropa (sekarang Liga Champions), satu Piala UEFA (sekarang Liga Europa), dan satu trofi Super Eropa bagi Liverpool.

Paisley telah membuat klub itu sebagai raja Inggris dan Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah era Paisley, Liverpool masih berjaya di benua Biru hingga awal dekade 1990 ketika Manchester United di bawah kepelatihan Sir Alex Ferguson bangkit.

Joe Fagan (1983-1985) dan Kenny Dalglish (1985-1991) mampu membawa tim itu tetap menjadi pemenang Liga Inggris dan mengantarnya ke partai puncak Liga Champions.

Tragedi Hillsborough pada 15 April 1989 bisa disebut sebagai titik mundurnya prestasi Liverpool. Sejak saat itu Liverpool telah diarsiteki tujuh sosok manajer--termasuk Dalglish (8 Januari 2011-16 Mei 2012).

Gelar Liga Inggris belum kembali ke Anfield, walaupun trofi Liga Champions dan Liga Europa sudah kembali lagi.

Brendan Rodgers--yang penunjukkannya disambut kekecewaan Kopites--mengganti Dalglish yang mempersembahkan Piala Liga 2011/2012. Rodgers pun pergi dengan kekecewaan karena dipecat pada akhir pekan lalu atau setelah berada di Anfield lebih dari tiga tahun.

Kini, manajemen The Reds tengah gencar mencari pengganti untuk mengisi kursi yang ditinggalkan Rodgers. Juergen Klopp saat ini menjadi paling favorit. Ia bahkan disebut telah sepakat dengan manajemen dan siap menandatangani kontrak tiga tahun pada akhir pekan ini.

Selain Klopp, kandidat favorit lainnya adalah mantan pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti, pelatih Ajax Amsterdam Frank de Boer, manajer Southampton Ronald Koeman, dan mantan manajer Internazionale Milan Walter Mazzari.

Lima calon tersebut memiliki rekam jejak dan gaya melatih yang sangat berbeda. Jika Ancelotti kalem dan lebih sering menangani klub kaya, maka Klopp meledak-ledak dan baru teruji di Borussia Dortmund. Sementara itu Mazzari dan Koeman juga memiliki tipe berbeda dari keduanya. Lalu manajer seperti apakah yang pas untuk Liverpool?

Memiliki Visi dan Strategi Permainan

Salah satu kritik yang ditujukan kepada Brendan Rodgers adalah kurangnya visi dalam menentukan strategi permainan. Berdasarkan catatan CNN Indonesia kurun waktu tiga musim berada di Anfield pria asal Irlandia Utara itu telah menggunakan 10 formasi.

(Lihat: Tiga Tahun, 10 Formasi, Nol Piala)

Ia juga kerap membongkar-bongkar tim dengan membeli banyak pemain sejak awal musim. Sebagai catatan, setelah di akhir musim 2011/2012 menjuarai Piala Liga hanya tersisa empat orang di skuat Liverpool saat ini yakni Jordan Henderson, Martin Skrtel, Lucas Leiva, dan Jose Enrique.

Bukan hanya itu, secara taktik dan filosofi permainan, Manajer Liverpool berikutnya adalah harus seseorang yang memiliki analisis yang baik untuk memaksimalkan kemampuan pemain.

Lord Sugar, salah satu pemerhati sepak bola di Inggris, dalam akun Twitter ketika mendengar pemecatan Rodgers mengatakan, "Luis Suarez mencetak banyak gol karena dia adalah Suarez, bukan dilatih Rodgers."

Sementara itu mantan bek Liverpool yang menghabiskan seluruh kariernya di tim Merseyside tersebut, Jamie Carragher, dalam program Super Sunday Sky Sports mengatakan, "Rodgers tidak bisa membantah lagi. Dia sudah di klub selama tiga tahun, dia tidak pernah meraih trofi, dan Liverpool hanya sekali tampil di Liga Champions. Itu tidak bagus untuk Liverpool."

Kemampuan Motivasi

Apakah Brendan Rodgers memiliki kemampuan memotivasi yang baik? Atau performa bagus Liverpool hanya disokong kemampuan pemimpin di lapangan untuk membangkitkan motivasi?

Satu hal yang pasti, setiap jumpa pers setelah pertandingan Rodgers tidak seperti Jose Mourinho yang pedas berkata bahkan mengecam timnya sendiri. Ia juga tak seperti Arsene Wenger yang walaupun terlihat dingin namun dapat mengangkat moral timnya.

Kepercayaan diri Mourinho serta kemampuan Wenger itu sudah terbukti.

Sementara Rodgers? Salah satu olok-olok yang terlihat di dunia maya adalah pernyataannya ketika Liverpool tak dapat memetik kemenangan, seperti: "Kami telah memiliki karakter permainan."

Dalam jumpa pers terakhirnya sebagai manajer Liverpool usai laga yang berlangsung imbang 1-1 versus Everton, Rodgers mengatakan, "Saya pikir para pemain sangat baik dalam bertahan di babak kedua dan mengancam lewat serangan balik. Secara keseluruhan, saya puas dengan performa (tim)."

"Secara internal, kami dapat melihat perkembangan dari waktu-ke waktu, semoga saya saya bisa membuktikan pada akhir musim."

Tetapi Rodgers belum sampai ke akhir musim. Sekitar tiga jam usai laga itu bertanding Rodgers mendapatkan kabar pemecatan lewat telepon.

Disiplin

Siapa yang tak tahu dengan ulah Raheem Sterling membolos dari latihan pada istirahat musim panas lalu. Hal itu disinyalir karena Sterling ingin bergabung dengan Manchester City.

Rafa Benitez salah satu manajer tersukses Liverpool. (REUTERS/Ciro De Luca)

Belakangan Sterling akhirnya bergabung ke Stadion Etihad dengan nilai transfer 62,5 juta euro.

Itu adalah harga termahal untuk seorang pesepak bola Inggris pada jendela transfer musim panas lalu.

Saat masih di Liverpool, walaupun Sterling berulah, Rodgers tak memberikan tindakan disiplin kepadanya. Pasalnya Sterling adalah pemain favorit Rodgers.

Andai itu disamakan dengan para Spice Boys yang tak disiplin di era kepelatihan Roy Evans. Para bintang itu kemudian tanpa kecuali dilego manajer selanjutnya, Gerard Houlier.

Keputusan Houlier kemudian terbukti, karena ia mampu menonjolkan calon kapten selanjutnya, Steven Gerrard, dan bintang-bintang lainnya. Prestasi Houlier pun bisa dibilang mentereng--salah satunya dengan torehan lima trofi pada 2001.

Kemudian manajer tersukses Liverpool setelah era Paisley, Rafa Benitez. Benitez adalah salah satu manajer terumit yang pernah dimiliki Liverpool.

Setiap tugas yang diberikannya kepada pemain mesti diselesaikan dan dipatuhi. Bahkan ketika dalam suatu kesempatan Gerrard yang ditempatkannya di sayap kanan bergerak ke lebih ke tengah, Benitez marah.

Hasilnya, cukup baik, Benitez dua kali membawa Liverpool ke partai final Liga Champions dan memenangkan salah satunya pada 2005 silam.

Mandiri dari Komite Transfer

Komite transfer adalah salah satu momok yang dinilai buruknya perekrutan pemain Liverpool dalam tiga musim terakhir.

Liverpool memiliki kebijakan Komite Transfer untuk perekrutan pemain. Tugas mereka adalah untuk mengidentifikasi pemain, memutuskan harga dan keunggulan mereka, lalu memutuskan pemain mana yang patut diincar dan kemudian melakukan negosiasi.

Komite beranggotakan enam orang tersebut akan bekerja sama dengan Rodgers dalam melakukan pembelian pemain.

(Baca juga: Enam Sosok di Balik Komite Transfer Liverpool)

Pelatih-pelatih yang berasal dari Italia, Jerman, atau Spanyol sebenarnya terbiasa dengan model seperti itu karena klub-klub di tiga negara tersebut lazim menggunakan seorang Direktur Teknik yang tugas utamanya mengambil keputusan masalah transfer.

Sementara itu, pelatih yang berasal dari Inggris biasa memiliki kekuasaan penuh dalam memantau bakat dan memutuskan pemain yang akan ia beli.

Salah satu kandidat yang disebut telah melakoni pembicaraan dengan The Reds, Juergen Klopp, diklaim setuju dengan penerapan sistem transfer itu. Namun, Klopp bukannya tanpa kuasa karena ia juga menginginkan hak veto.

(Baca: Setuju Sistem Transfer, Klopp Diprediksi Mendekat ke Anfield)

(kid/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER