Siapa Bilang Klopp Cocok untuk Liverpool?

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2015 16:52 WIB
Juergen Klopp digadang-gadang sebagai pelatih paling pas untuk menggantikan Brendan Rodgers. Benarkah demikian?
Sepak bola Juergen Klopp terkenal seperti musik metal yang keras. (REUTERS/Ina Fassbender)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah sering dibikin kecewa di awal musim ini, para pendukung Liverpool seakan mengalami euforia sesaat setelah perkembangan terakhir di Anfield mengarah pada penunjukan Juergen Klopp sebagai arsitek baru The Reds.

Dengan sederet catatan mengesankan bersama Borussia Dortmund, Klopp memang menjadi nama populer di dunia sepak bola, membuatnya menjadi incaran banyak klub besar.

Namun, klub-klub yang mengetuk pintunya harus pulang dengan tangan hampa, karena Klopp memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia sepak bola dan mencoba mengembalikan semangatnya setelah satu musim buruk bersama Die Borussen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, godaan kompetisi Liga Primer Inggris dan kesempatan 'membangun sesuatu' di Liverpool, tampaknya meluluhkan hati Klopp. Tak heran ia kini dikabarkan semakin merapat ke klub asal Merseyside tersebut.

Lantas, apakah Klopp merupakan sosok yang tepat bagi publik Anfield? Apakah manajer berusia 48 tahun itu merupakan sosok yang pas untuk mengembalikan kejayaan The Reds yang kian pudar tiap tahun?

Manajer bernama lengkap Juergen Norbert Klopp itu jelas memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri.

Memiliki Karakter

Jika Liverpool seakan kehilangan karakter ketika ditangani Brendan Rodgers -- secara ironis Rodgers seringkali memuji karakteristik tim di setiap jumpa pers-- Klopp memiliki karakter tersendiri yang mampu membangkitkan semangat juang anak asuhnya.

Mantan arsitek Dortmund itu tak segan menunjukkan sisi humornya, mengeluarkan emosi di pinggir lapangan, membangun hubungan kuat dengan pemain, dan yang paling penting bagi Liverpool: telah terbukti mampu mempersembahkan trofi.

Klopp merupakan manajer yang mampu menertawakan kedigdayaan Bayern Munich di Bundesliga ketika mengatakan, "Kami (Dortmund) memiliki busur dan panah. Jika kami mampu mengarahkannya dengan baik, kami bisa mengenai target. Masalahnya Munich memiliki basoka."

Manajer eksentrik itu juga mampu menertawakan cedera salah satu pemainnya di Dortmund, Mats Hummels.

"Kami akan menantinya seperti seorang istri yang menanti suaminya, yang sedang berada dalam penjara," ujar Klopp terkait cedera berkepanjangan yang dialami Hummels.

Kemampuan Klopp bermain dengan kata-kata juga dapat menjadi suntikan energi baru di ruang ganti Liverpool, menyegarkan kembali semangat para penggawa The Reds.

Tak hanya itu, Klopp juga tak segan-segan menunjukkan amarahnya ketika Dortmund tidak bermain sesuai dengan keinginannya. Ia pun tak ragu melakukan protes pada pengadil pertandingan ketika merasa timnya diperlakukan tidak adil.

Namun, karakter Klopp itu juga dapat membawanya dalam masalah di Liga Primer. Tak segan-segan mengkonfrontasi wasit dapat membuat manajer asal Jerman itu rutin berurusan dengan wasit Liga Primer.

Apalagi, Klopp juga memiliki catatan merah di Jerman terkait konfrontasi dengan wasit. Pada Maret 2014 lalu, Klopp pernah harus mengeluarkan 43 ribu poundsterling untuk membayar denda karena menyerang wasit, termasuk berteriak 'idiot' dalam salah satu pertandingan.

Karakter eksentrik ini berbuah manis bagi Dortmund. Die Borussen mampu disulap dari klub papan tengah menjadi juara Jerman dan finalis Liga Champions.

Permainan Tempo Tinggi

Salah satu hal positif lain yang menjadi alasan Klopp dan Liverpool merupakan kombinasi pas, terletak pada kemampuannya menciptakan ikatan dengan pemain dan suporter.

Tingkahnya di pinggir maupun di luar lapangan membuat Klopp dengan mudah menjadi idola suporter Dortmund, serta membuat banyak penggemar klub lain menginginkan kehadirannya di klub mereka.

Ambil contoh salah satu pendukung Arsenal, Piers Morgan, yang ngotot meminta manajemen The Gunners mendatangkan Klopp dan mendepak Arsene Wenger.

Tak hanya itu, Klopp suka memainkan permainan tempo tinggi dengan formasi 4-2-3-1, yang terus menekan pemain lawan, menampilkan permainan penuh energi dan menguras stamina -- yang tentunya menarik untuk ditonton.

Istilah 'gegenpressing' yang merupakan filosofi sepak bola Klopp juga akan akrab di telinga pendukung The Reds, jika ia benar-benar merapat ke Anfield.

Pressing tinggi yang dilakukan Dortmund bahkan dianggap lebih hebat dibandingkan tekanan-tekanan yang dilakukan Barcelona kepada lawannya. Gegenpressing ini yang membuat tim lawan acapkali kesulitan mengembangkan permainan karena tekanan terus-menerus selama 90 menit yang dilakukan tim asuhan Klopp.

Tapi sistem ini juga bukan tanpa kelemahan. Di akhir musim ketujuhnya bersama Dortmund, Klopp harus memutar otak dengan keras karena gegenpressingnya sudah bisa diantisipasi oleh tim lawan.

Selain itu, melakukan pressing juga berarti para pemain Dortmud mengalami kelelahan fisik dan mental sehingga Klopp harus sering-sering mencari taktik baru.

Hal inilah yang belum dikuasai benar oleh Klopp. Ia seolah tak memiliki peluru lain dalam pistolnya ketika harus menyimpan sistem gegenpressing-nya dan mencari strategi baru.

Pilih Kasih?

Tapi Klopp bukannya tanpa kelemahan. Pelatih berusia 48 tahun itu merupakan manajer yang tak sungkan menyingkirkan para pemain yang dianggap tak sesuai dengan filosofi permainannya.

Ketika baru tiba di Dortmund, Klopp langsung 'menyingkirkan' dua bintang Die Borussen: Alexander Frei dan Mladen Petric. Keputusan itu berbuah manis dengan deretan pemain-pemain muda dan berenergi yang mentransformasi permainan klub Bundesliga tersebut.

Akan tetapi, bagaimana di Liverpool? Bagimana jika ia tiba-tiba memutuskan Christian Benteke tak cocok dengan permainan tempo tinggi yang ia sukai?

Tak hanya itu, salah satu mantan pemain Dortmund, Ivan Perisic, pernah secara terbuka mengkritik Klopp karena dianggap memiliki 'anak emas' di Die Borussen. Peristiwa itu berujung pada Perisic yang dilego Klopp pada akhir musim.

"Akan lebih baik jika ia dapat menutup mulutnya," ujar Klopp mengomentari mantan pemainnya tersebut.

Lantas apakah manajer eksentrik itu akan meraih kesuksesan di Anfield jika ia benar-benar digaet Liverpool? Apakah kata-kata "Klopp for The Kop" akan berubah menjadi "Klopp The Top" atau malah menjadi "Klopp The Flop"?

Satu hal yang pasti, Klopp akan menghadirkan semangat baru di kubu Liverpool jika mereka benar-benar mengumumkan namanya, akhir pekan ini. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER