Jakarta, CNN Indonesia -- Bayangkan sekelompok bocah laki-laki berumur 13 sampai 21 tahun melakukan perjalanan dua hari dua malam tanpa bekal dari Palembang menuju Jakarta.
Itulah yang dilakukan sekitar 300 orang anggota kelompok suporter Sriwijaya FC yang menamakan diri mereka Sriwijaya Mania.
Mereka rela melakukan segala cara demi bisa mendukung langsung Laskar Wong Kito saat menghadapi Persib Bandung pada final Piala Presiden 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu malam (18/10) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasa lelah hasil perjalanan sepanjang sekitar 600 kilometer dari Palembang ke Jakarta pun kalah dengan semangat yang membara demi mendukung Sriwijaya FC.
"Kami datang ke sini ingin melihat Sriwijaya FC juara," kata Ari Saputra salah seorang anggota Sriwijaya Mania kepada CNN Indonesia di Hall Basket A Senayan, Jumat (16/10) malam.
Lantai teras Hall Basket A Senayan menjadi tempat tinggal Ari bersama teman-teman lainnya setidaknya hingga laga final. Di sana mereka tidur mengampar dengan alat seadanya, ditemani nyamuk dan suara kendaraan bermotor yang lantang terdengar.
Berdasarkan pantauan CNN Indonesia, ada puluhan petugas kepolisian yang ditugaskan untuk berjaga di sana. Hal ini guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kehilangan barang ataupun diganggu preman.
Perjalanan BeratKemas Muhammad Andrean, salah satu koordinator Sriwijaya Mania, menceritakan jejak langkah mereka menuju Jakarta dimulai dari Palembang pada Rabu (13/10) pukul 10 pagi.
"Rute perjalanan kami adalah Palembang, Musi 2, Indralaya, Ogan Komering Ulu, Kayu Agung, Lampung, Tulang bawang, Bangkahuni, Merak, Tol Tanggerang, Tol Cikokol, Jakarta," ucap laki-laki 21 tahun tersebut.
Mereka pergi ke Jakarta dengan menumpang truk demi truk. "Kami harus diam-diam, seperti diselundupkan dalam truk. Agar tidak ketahuan, kami duduk atau berjongkok di dalam bak truk, hingga truk berhasil masuk kapal. Baru kami keluar," tutur Ari.
Selama perjalanan, tak jarang mereka harus berjalan kaki dengan jarak yang jauh sebelum berhasil memberhentikan truk di tepi jalan.
Begitu memasuki Jakarta, Andrean dan kawan-kawan langsung dikawal kepolisian setempat menuju Hall Basket A Senayan. Andrean menerangkan 300 orang Sriwijaya Mania dibagi menjadi sekitar 12 kloter dengan jumlah yang berbeda masing-masingnya.
Rombongan Andre sendiri tiba di Hall Basket A Senayan pada Kamis (15/10) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. "Begitu sampai, kami langsung istirahat. Lelah sekali," katanya.
Minim BekalMiris sekaligus takjub rasanya mendengar cerita perjalanan anggota Sriwijaya Mania. Begitu banyak pengorbanan yang telah diberikan hanya sekedar untuk dapat menyaksikan secara langsung tim tercinta di stadion bersejarah Indonesia.
Mulai dari berbohong kepada orang tua, bolos sekolah, mangkir bekerja. Karena sebagian besar dari mereka adalah pelajar, ada juga yang sampai mendapat surat peringatan dari sekolah. Semuanya mereka lakukan demi mendukung Titus Bonai dan kawan-kawan.
"Kami ke sini juga tanpa membawa banyak bekal. Hanya sedikit pakaian dan atribut untuk dukung Sriwijaya. Soal izin kepada orang tua, beberapa terpaksa harus bilang kalau kami pergi menggunakan bus, tinggal di kostan teman di Jakarta, padahal kenyataannya tidak," ujar Ari.
"Kami hanya tidak ingin membuat orang tua khawatir dengan kondisi kami sebenarnya di sini. Kami hanya ingin nonton Sriwijaya. Ada yang dari Palembang cuma bawa uang 10 ribu rupiah, bahkan ada yang tidak membawa uang sama sekali."
Soal makan, para Sriwijaya Mania pun harus rela makan seadanya dan saling berbagi satu sama lain. Menunya biasanya nasi berlauk tahu-tempe atau sayur ubi.
"Kami pernah makan satu nasi bungkus untuk 15 orang dengan satu gelas air putih. Jakarta keras. Sekejam-kejamnya ibu tiri, masih kejam Ibu Kota," kata Ari yang sampai harus menjual telepon genggamnya untuk dapat bertahan hidup di Jakarta.
(har/har)