Jakarta, CNN Indonesia -- Ahmad Yari, orang tua dari kapten U-13 Achmad Zein Nuralif, berharap kejadian yang menimpa anaknya dan rekan setimnya dapat jadi pembelajaran dan pengalaman agar tata kelola sepakbola Indonesia menjadi lebih baik
Tim nasional pelajar Indonesia U-13 'terdampar' tak bisa pulang dari Filipina usai mereka menjuarai Pinas Cup yang digelar pada 27-30 Oktober kemarin.
Kepulangan mereka terpaksa diundur menjadi malam ini (5/11) lantaran Kampiun Indonesia sebagai EO mengalami kendala terkait dana, dan terlibat dalam pemalsuan surat Kemenpora dan Tim Transisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat berterimakasih kepada Kemenpora atas bantuannya, mudah-mudahan sepak bola Indonesia semakin baik ke depannya. Mengenai hukuman terhadap Kampiun Indonesia terkait permasalahan yang ada, saya serahkan kepada Kuasa Hukum LBH Cerdas Bangsa."
"Yang jelas, yang terpenting bagi kami adalah anak-anak dapat pulang terlebih dulu dengan selamat," kata Yari kepada CNN Indonesia usai audiensi di kantor Kemenpora.
Anak Yari yang akrab dipanggil Alif, adalah kapten dari timnas tersebut. Kisah kemenangan berujung kecewa yang dialami Alif dan rekan-rekannya berawal dari surat Kampiun Indonesia dengan nomor 021/Kampiun-VIII/2015, yang ditujukan kepada koordinator wilayah (korwil) Kampiun Indonesia di seluruh Indonesia.
Seleksi Berjalan KetatDari Korwil, surat tersebut kemudian diteruskan dalam bentuk foto kopi kepada Yari selaku pemilik SSB Bromo FC Surabaya. Dalam surat tersebut tertulis bahwa Kampiun Indonesia mengundang pemain atau pelajar kelahiran tahun 2002 dari seluruh Indonesia untuk mengikuti seleksi nasional pada 19-20 September 2015 pukul 08.00-16.00 WIB di Stadion PON Tuanku Tambusai Bangkinang Kampar -- Provinsi Riau.
Persyaratan yang diminta adalah membawa akte kelahiran dan ijasah asli Sekolah Dasar. Sebulan sebelumnya, Yari mendapat undangan dari korwil Surabaya. Seleksi tingkat daerah itu yang membuat Yari percaya bahwa ajang ini bukanlah ajang main-main.
"Memang terjadi seleksi yang bagus, dari seleksi awal fair play-nya dijaga. Terus seleksi hari kedua juga terdapat tim pemandu bakat yang memantau jalannya seleksi."
"Saya bawa enam anak dari Jawa Timur,hari pertama tidak ada tebang pilih. Yang dites itu ball feeling, fisik, teknik, game, mental, dan taktik. Dari enam anak, lolos 3 anak yaitu Alif, Achmad Fatoni, dan Amiruddin Bagus Kahfi Alfikri."
Alif yang sudah sejak kelas satu SD bermain sepak bola, ditunjuk sebagai kapten usai mendapatkan kepercayaan dari asisten pelatih, Yendra Gandi.
"Saya akui memang dia bagus karena berbeda dari yang lain dan dapat memimpin teman-temannya," ujar Gandi.
Lima Orang Tak BerangkatSelain keterlambatan pulang beberapa pemain dari Filipina, Kampiun Indonesia sendiri sejatinya sudah berbuat kesalahan saat proses keberangkatan.
Lima orang tidak jadi berangkat ke Filipina, termasuk Gandi yang bertindak asisten pelatih. Awalnya, mereka dijanjikan bakal terbang ke Filipina satu hari setelah keberangkatan rombongan besar.
"Bayangkan, mereka yang tidak jadi berangkat dari berbagai daerah itu ada yang sudah diliput media lokal, pelepasan upacara sekolah, dan bahkan ada yang diberi penghormatan langsung oleh Bupati. Bayangkan," ucapnya.
"Ini pertanggungjawabannya bagaimana? Saya harap masalah ini dapat terselesaikan dengan baik," ujarnya.
(ptr/ptr)