Jakarta, CNN Indonesia -- Atlet nasional Sumatera Selatan Hekta Ahmad meninggal dunia Rabu (2/11) pukul 23.00 WIB di Rumah Sakit Mohammad Husin Palembang, setelah menjalani perawatan intensif sekitar dua bulan karena menderita sakit kanker getah bening.
Pelatih Biliar Sumsel Husin Adhan mengatakan, sejak awal tahun, kesehatan Hekta (34) terus merosot. Dalam sebulan terakhir kemerosotan itu drastis dengan ditandai sudah terjadi komplikasi hingga ke paru-paru dan darah.
"Keluarga besar biliar Sumsel sangat kehilangan atas meninggalnya Hekta. Dia sosok yang menyenangkan, setia kawan, dan kocak," kata Husin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Husin mengatakan Hekta Ahmad telah mengenal olahraga biliar sejak usia belia. Pada usia 17 tahun, ia bergabung di Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia Sumsel.
"Waktu itu, banyak yang bilang ke saya. Ada anak yang pintar main biliar di kawasan 10 Ulu yang sering main di Dewi Biliar. Lalu, saya datang ke Dewi kurang lebih dua pekan untuk mencarinya tapi tidak pernah ketemu, dan akhir saya cari ke rumahnya langsung minta ke orang tuanya. Sejak saat itu, Hekta menjadi atlet," ujar Husin.
Berbekal bakat yang tidak dimiliki setiap orang itu, prestasi Hekta seiring waktu kian menanjak. Salah satu faktor yang membuat prestasi Hekta mengilap adalah keputusannya menggeluti nomor snocker. Pasalnya nomor itu relatif kurang diminati atlet karena memiliki tingkat kesulitan tinggi.
Hekta pertama kali turun di Kejurnas 1999. Lantaran piawai di nomor snocker, Hekta selalu masuk dalam tim nasional SEA Games sejak tahun 2005 dan terakhir bermain di SEA Games tahun 2011 di Indonesia.
Pada SEA Games tahun 2009, ia meraih perunggu, dan sempat babak delapan besar pada Kejuaraan Dunia di Australia.
Beragam prestasi pun ditorehkan di kancah nasional, pada PON ke-17 di Kaltim meraih 1 perak dan 1 perunggu, PON ke-18 tahun 2012 di Riau meraih 1 emas, 1 perak, dan 1 perunggu, dan terakhir pada Kejurnas di Pekalongan tahun 2013 dengan meraih satu emas dan satu perunggu.
(antara/kid)