Jakarta, CNN Indonesia -- Legenda renang Indonesia, Lukman Niode, menyoroti permasalahan yang menyebabkan prestasi atlet-atlet renang Indonesia terpuruk dalam dua tahun ke belakang.
Mantan perenang peraih medali perak Asian Games 1982 New Delhi tersebut mengatakan bahwa kendala utama dalam pembinaan renang adalah keterbatasan materi, manajemen yang tidak begitu bagus, dan program latihan yang ketinggalam zaman.
"Renang agak sedikit berdarah-darah. Ada
romantic feeling bahwa mereka pernah berhasil di 2011 sehingga program-program keberhasilan pada saat itu mereka masih pakai terus. Padahal harus berkembang kan?" tutur anggota Dewan Pakar PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) ini kepada CNN Indonesia di Wisma Kemenpora (28/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka (cabor renang) tidak mau belajar, ya pembinaanya memang akan makan waktu. Kita harus evaluasi,"
Pada 2011 lalu, cabor renang sukses meraih target enam medali emas dan delapan perak serta menciptakan tiga rekor baru SEA Games. Kala itu juga muncul bintang renang Indonesia, I Gede Siman Sudartawa, yang berhasil merebut empat emas. Hal tersebut merupakan peningkatan drastis dari semula hanya merebut dua emas di SEA Games 2009.
Di SEA Games 2013, raihan tersebut menurun hingga ke lima emas dan kemudian terperosok di SEA Games 2015 dengan 1 medali emas lewat Indra Gunawan di nomor 50 meter
breast stroke putra.
Menurut Lukman, sudah saatnya atlet renang Indonesia lebih sering belajar di luar negeri. Baginya, jika terus berada di Indonesia, para atlet tidak memiliki kesadaran untuk secara otomatis lebih sering berlatih daripada atlet lainnya.
"Renang harus segera dilempar ke luar karena lingkungan di sini sudah tidak bagus. Patokan saya cuma Olimpiade sama Asian Games," ujar Lukman.
"Ini salah di pemerintahnya. Pemerintahnya care atau tidak? Penunjukkan ekonomi suatu negara yang kuat dan stabil adalah dengan mengelola olahraga."
Senada, legenda renang Indonesia lainnya, Richard Sam Bera, pun mengakui prestasi renang sekarang ini sangat mundur. "Problemnya memang ada pada hal klasik yaitu pendanaan dan regenerasi," kata pensiunan perenang peraih 11 medali emas kategori gaya bebas di SEA Games tersebut.
Richard berpendapat bahwa hal tersebut dapat segera ditangani PB. Untuk itu, laki-laki berusia 43 tahun ini berharap agar PB segera berbenah diri.
"Saya dulu berhasil karena program latihan di luar negeri dan sekolah di sana. Inovasi seperti ini yang harus dilakukan kalau ingin membina," ucapnya.
(vws)