Jakarta, CNN Indonesia -- Issa Hayatou menegaskan tidak ada korupsi di dalam tubuh FIFA. Hal itu diungkapkan pria yang ditunjuk sebagai pejabat sementara Presiden FIFA setelah Sepp Blatter diskors Komite Etik FIFA.
Hayatou mengungkap itu menyusul penangkapan dua anggota Komite Eksekutif FIFA di sela rangkaian pertemuan komite yang sedang berlangsung di Zurich, Swiss. Presiden CONMEBOL Juan Angel Napout dan Presiden CONCACAF Alberto Hawit ditangkap pada Kamis (3/12) dini hari waktu setempat.
Keduanya ditangkap karena terduga terlibat dalam skema besar penyuapan hak pemasaran dan penyiaran turnamen serta pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"FIFA tidak korupsi. Kami memiliki individu yang telah menunjukkan perilaku negatif. Jangan menggeneralisasi situasi," kata Hayatou yang juga presiden Konfederasi Sepak-bola Afrika tersebut seperti yang dikutip dari
The Guardian, Jumat (4/12).
"Ada banyak orang di FIFA yang bekerja lebih dari 20 atau 30 tahun yang belum dituduh apa-apa."
Hayatou menegaskan dirinya pun bukanlah bagian dari masalah kriminal itu walaupun telah memegang jabatan senior di FIFA selama lebih dari 25 tahun.
"Fakta bahwa saya sudah di sini bertahun-tahun tidak berarti apa-apa," katanya. "Saya tidak terlibat dalam skandal apapun."
Namun, rekam jejak menunjukkan bahwa Hayatou pernah beberapa kali terlibat dugaan suap. Pada 2011 silam Hayatou dituduh menerima suap senilai US$1,5 juta dari Qatar untuk proses penentuan tuan rumah Piala Dunia 2022.
Panitia pemilihan Piala Dunia 2022 dan Hayatou telah sama-sama membantah tuduhan tersebut.
Selain itu, Hayatou juga pernah ditegur Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 2011 silam setelah kantor berita
BBC mengungkapkan namanya muncul di daftar pembayaran yang dibuat perusahaan pemasaran olahraga.
"Saya tidak akan di sini jika saya korupsi," ucapnya. "Apakah parlemen membuktikan saya memiliki US$1,5 juta? Saya belum pernah menerima satu euro atau dolar pun untuk memilih siapapun agar menjadi tuan rumah Piala Dunia."
(kid)