Menelisik Cara Sentul Meraup Pendapatan

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2015 16:16 WIB
Menggelar balapan sekelas MotoGP bukan menjadi cara satu-satunya sirkuit mendapat untung tapi dengan cara menggelar ajang-ajang lainnnya.
General Manager Sirkuit Internasional Sentul, Lola Moenik (Kedua dari kanan), mengaku Sirkuit Sepang terkesan dengan Sentul. (CNNIndonesia/M. Arby Rahmat)
Jakarta, CNN Indonesia -- GM Sirkuit Internasional Sentul, Lola Moenek, mengatakan bahwa Malaysia kagum dengan banyaknya ajang yang diselenggarakan di Sirkuit Sentul. Dari ajang-ajang itulah pengelola sirkuit memiliki dana segar untuk melakukan pemeliharaan atau perawatan sirkuit.

Mencari sumber dana untuk melakukan perawatan memang menjadi pekerjaan paling besar bagi para pengelola sirkuit di seluruh dunia.

Jika hanya mengandalkan ajang MotoGP atau F1 yang digelar hanya satu kali dalam satu tahun di sebuah sirkuit tertentu, maka akan ada 51 pekan dalam satu tahun ketika sirkuit tidak digunakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itulah pengelola sirkuit perlu cerdik dalam merancang ajang-ajang yang bisa mendatangkan sumber pemasukan.

"Soal jumlah balapan, kita menang atas Sepang untuk balapan di luar Kejuaraan Dunia," kata Lola kepada CNNIndonesia.com di ruang media Sirkuit Internasional Sentul, Minggu (30/11) sore.
 
“Sepang hanya menjalankan Malaysia Merdeka Endurance Race, MotoGP, F1 dan balap-balap motor kecil. Lebih banyak kita. Karena itu Sepang pernah kagum sama saya dengan banyaknya balapan di Indonesia."

Sentul, sirkuit yang berdiri pada 1993 itu, kini tengah dalam misi untuk menjadi tuan rumah MotoGP 2017.

Berdasarkan data lampiran jadwal kalender acara Sirkuit Sentul yang diterima CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, tahun ini Sirkuit Sentul menggelar lima ajang balap yakni Balap Motor Nasional IRS, Indonesian Sentul Series of Motorsport, Sentul Drag Race & Drag Bike, FIM Asia Road Racing Championship, dan Balap International Lamborghini Blancpain Super Trofeo Asia Series 2015.

Namun, dikatakan Lola, bukan hanya ajang-ajang ini saja yang menjadi sumber pemasukan Sentul.

"Kami hidupnya bukan dari balap tapi dari launching dan test drive. Kalau dari balapan, kami pas-pasan. Untuk beberapa tahun ini tidak rugi-rugi amat," ucap Lola.

Jika dilihat dari pengalaman menggelar MotoGP, Indonesia memang tertinggal jauh dari Sepang.

Dari 1991 sampai 2015, Malaysia sudah 25 menyelenggarakan ajang balap roda dua, sejak masih 500cc sampai berubah menjadi MotoGP. Sedangkan Indonesia baru dua kali yakni pada 1996 dan 1997.

Walau minim pengalaman, menurut Lola hal itu sudah cukup baik untuk Indonesia. Ia pun optimis Indonesia dapat menggelar MotoGP pada 2017 mendatang.

"Kami tidak punya rapor merah dan sudah cukup berpengalaman menggelar ajang-ajang. Hanya F1 yang belum," ujar Lola.

Direktur Utama Sirkuit Sentul, Tinton Soeprapto, menilai status Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia bisa menjadi bekal mengungguli penyelenggaraan MotoGP di negara lain, termasuk Malaysia.

"Pabrik motor nomor satu di Indonesia, pengguna motor nomor satu. Siapa yang untung? Bukan saya, tapi Merah Putih yang untung. Dan ingat, pebalap kita pasti dikasih motor yang super karena produsen motor itu hasil penjualannya terbesar di Indonesia."

"Mana ada penduduk sebanyak Indonesia?" kata Tinton Menegaskan. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER