Jakarta, CNN Indonesia -- Rudi mengenal olahraga bola kaki sejak duduk di bangku sekolah kelas 7 Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah (MTSM) atau setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Berawal dari melihat para seniornya di sekolah bermain bola, Rudi pun ikut coba bermain tanpa pakai sepatu. Hingga ia jatuh cinta kepada olahraga ini, Rudi memberanikan diri untuk merengek minta dibelikan sepatu bola kepada orang tuanya.
"Soalnya teman-teman lain sudah pakai sepatu, pandai-pandai berbicara saya mintanya sampai akhirnya dibelikan sepatu bola bermerek Eagle. Dulu kalau tidak salah harganya Rp80 ribu atau Rp70 ribu," ujar Rudi, kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sewaktu masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Matur yang berada di Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, Sumatra Barat, Rudi semakin serius dengan pilihan hidupnya menjadi pesepak bola.
Pria yang mengidolakan Cristiano Ronaldo dan Bambang Pamungkas ini kemudian ikut seleksi Pusat Pendidikan dan Latihan Provinsi Sumatra Barat (PPLP Sumbar) dan diterima. Rudi lantas pindah ke SMA Negeri 5 Padang pada awal 2003 saat dirinya duduk di kelas dua.
Alasannya mencintai sepak bola sebetulnya sederhana. "Soalnya di kampung memang semua orang suka sepak bola, jadi
ngikut saja. Apalagi setelah lolos seleksi, jadi semakin bersemangat. Orang tua juga mendukung, lebih membebaskan pilihan anak-anaknya," tutur anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Tidak MenyesalMenjadikan sepak bola sebagai pilihan hidup tak membuat Rudi menyesal meski sekarang olahraga paling populer di Indonesia ini tengah mati suri akibat sanksi FIFA dan pembekuan induk sepak bola Tanah Air (PSSI) oleh Kemenpora Republik Indonesia.
"Tidak menyesal, dari dulu niatnya adalah bermain sepak bola karena saya suka bermain bola. Tidak untuk mencari uang semata," ucap Rudi, tegas.
Meski begitu, Rudi tetap berharap agar kisruh sepak bola nasional bisa segera berakhir dan kompetisi bisa kembali bergulir. "Soalnya kalau kayak gini turnamen saja kurang menjamin," katanya menambahkan.
Doa Orang TuaMenanaggapi pertandingan final mendatang, Rudi menyampaikan tidak ada ritual khusus yang dilakukannya.
Yang paling penting untuknya adalah istirahat yang cukup sebelum pertandingan. Agar tenang, Rudi juga mendengarkan musik ketika ingin berangkat bertanding dan tak lupa telepon orang tua untuk memohon doa restu.
"Kalau sebelum pertandingan, saya berpikir kalau bisa permainan saya berpengaruh buat tim, bisa bantu teman-teman, syukur-syukur cetak gol," ucapnya.
Rudi berharap, para pemain tim "Kabau Sirah" dapat bermain lepas melawan skuat arahan Jafri Sastra yang merupakan mantan pelatih Semen Padang. Menurutnya, kedua tim memiliki kemampuan yang seimbang.
"Saya berharap pertandingan dapat selesai selama 90 menit," tutur Rudi yang tidak sabar untuk meraih gelar juara bersama Semen Padang di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
(bac)