Transparansi Internasional: 69% Pemilih Tidak Percaya FIFA

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Selasa, 23 Feb 2016 09:37 WIB
Induk sepak bola dunia itu terus didesak untuk membuat perubahan besar.
FIFA dituntut melakukan perubahan besar setelah kasus korupsi yang menimpa lembaga itu. (REUTERS/Arnd Wiegmann)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Transparansi Internasional baru saja mengeluarkan rilis terkait survei kepercayaan masyarakat terhadap FIFA. Hasilnya pun seperti sudah diduga lembaga tersebut.

Seperti dirilis BBC, survei dari 25.000 fan sepak bola yang dilakukan Transparansi Internasional, sebanyak 69% menyatakan tak percaya terhadap FIFA.

Bahkan, saat ditanyakan siapa di antara empat kandidat Presiden FIFA yang lebih dipercaya, sebanyak 60% memilih tak ada satu pun kandidat. Survei yang diambil di 28 negara itu juga menyebut, 43% fan menyatakan bahwa kesenangan mereka di sepak bola cukup terusik dengan skandal korupsi FIFA.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

FIFA saat ini sedang bersiap menggelar Kongres Luar Biasa, 26 Februari nanti, untuk memilih Presiden selama periode empat tahun. Pemilihan itu dilakukan untuk mengganti Joseph Sepp Blatter, mantan Presiden FIFA yang tersangkut skandal korupsi dan suap di organisasi itu.

Seperti diketahui sebelumnya, skandal suap di lingkungan pejabat FIFA berhasil terbongkar. Puluhan pejabat organisasi sepak bola tertinggi di dunia itu pun masuk dalam jeratan.

Publik sepak bola internasional pun mendesak agar FIFA segera melakukan perubahan besar. Di antaranya dengan mengubah sistem menjadi lebih transparan seperti yang diinginkan masyarakat internasional.

"Kepercayaan publik hanya bisa dikembalikan jika FIFA, IAAF dan dunia olahraga jika reformasi skala besar tak sekadar diimplementasi, tapi dilakukan secara transparan. Kami berharap perubahan nyata di 2016," ujar pemimpin redaksi Transparansi Internasional, Gareth Sweeny, seperti dikutip goal.com.

Tercatat ada 60 artikel dari ahli dari bidang antikorupsi, mantan atlet, jurnalis investitatif, dan peneliti yang dipublikasi oleh Transparansi Internasional soal laporan korupsi di i olahraga.

"Sebagai fan, kami memiliki kecintaan dengan sepak bola," ujar Direktur Transparansi Internasional, Cobus de Swardt. Jika tim yang didukungnya menang, ia menambahkan, mereka pasti gembira. Sebaliknya, jika kalah, mereka juga akan terpukul.

"Tapi jika hasilnya, entah itu dalam pertandingan, hak untuk menjadi tuan rumah, hak pemilihan, dan lainnya tidak dilakukan secara fair karena korupsi, kami merasa dikhianati."

Swardt menerangkan, bukan hanya FIFA, organisasi olahraga dunia pada umumnya juga amat rentan terhadap korupsi. "Ini harus disetop mulai dari sekarang," ucapnya.

Salah satu rekomendasi Transparansi Internasional yang harus dijalankan FIFA adalah adanya pengawasan lembaga independen dan laporang keuangan yang lebih transparan lagi. Itu termasuk pula jaminan untuk melindungi hak asasi manusia dan masalah sponsor.

"Kami berharap FIFA bisa mengubah ini. Kami tidak berharap organisasi seperti FIFA harus terpecah seperti yang terjadi di induk olahraga tinju atau lainnya," ucap Swardt. (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER