Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komite Ad Hoc Reformasi, Agum Gumelar akan berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk melaporkan perkembangan dari Komite Ad Hoc sejak pertama kali terbentuk sampai detik ini.
Agum akan berangkat bersama anggota Komite Ad Hoc Reformasi, M. Nigara pada Selasa (16/2). Rencananya mereka akan bertemu dengan Presiden AFC, Salman Bin Ibrahim, serta Exco FIFA yang berada di Asia.
"Saya akan laporkan bahwa saya sudah berkomunikasi dengan pemerintah, bertemu Pak Menpora (Imam Nahrawi) yang saya nilai sangat positif karena ada kesamaan pandangan agar kita tidak terkena sanksi (yang lebih berat)," kata Agum kepada para awak media di kediamannya, Senin (15/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agum menuturkan Komite Ad Hoc Reformasi punya program kerja jangka panjng dan jangka pendek.
Program jangka panjang adalah reformasi tata kelola Indonesia sesuai arahan dari presiden, dan saat ini Agum bersama anggotanya mengaku sudah menyiapkan program untuk mewujudkan hal tersebut. Sementara program jangka pendeknya adalah mencegah putusan sanksi sepak bola yang lebih berat dari FIFA kepada Indonesia pada kongres 26 Februari mendatangz
"Tetapi ini semua harus dilakukan bersama-sama dengan pemerintah," ucap Agum.
Agum juga kembali menyayangkan ketidakhadiran pemerintah dalam rapat Komite Ad Hoc Reformasi pada hari ini. Padahal, undangan pertemuan itu udah ia kirimkan sehari setelah bertemu dengan Imam pekan lalu.
Kendati begitu, Agum mengaku akan terus berkomunikasi dengan Imam. Dalam rapat hari ini, Agum kembali menerangkan keinginannya untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia.
"Pekerjaan besar bangsa ini adalah Asian Games. Kalau Indonesia terkena sanksi yang berkepanjangan pada kongres FIFA nanti, khawatirnya cabang olahraga sepak bola tak tampil di Asian Games. Tinggal sekarang bagaimana kekhawatiran tersebut dilanjutkan dengan tindakan pencegahan.”
"Harus ada pengertian dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah sepak bola kita ini. Saya tetap berharap dan percaya bahwa Pak Menpora sama-sama tidak ingjn kita kena sanksi dan tak ingin kita sengsara," ujar Agum.
(ptr)