Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi sosok yang kurang dikenal di kalangan pecinta sepak bola, Tokyo Sexwale tetap percaya diri maju sebagai salah satu kandidat Presiden FIFA dalam pemilihan di Kongres Luar Biasa pada Jumat, 26 Februari ini.
Ia membawa bekal pengalaman pernah menjadi bagian FIFA di dalam satuan tugas antidiskriminasi.
Dalam pemilihan nanti, mantan anggota panitia penyelenggara Piala Dunia Afrika Selatan 2010 itu akan berebut suara dengan Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, Gianni Infantino, Pangeran Ali bin AL-Hussein, dan Jerome Champagne.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laki-laki berusia 62 tahun tersebut merupakan satu-satunya calon yang berasal dari Benua Afrika.
"Alasan kami mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat adalah karena kami merasa bahwa
brand tersebut (FIFA) telah rusak dan ini perlu diperbaiki," kata Sexwale seperti dikutip dari
Reuters.
"Tidak dengan cara yang lama, dengan sebuah cara yang lain."
Di pemilihan presiden nanti, Sexwale menjanjikan sebuah manifesto yaitu mengizinkan lambang sponsor ada di kostum tim nasional untuk membantu anggota FIFA mendapatkan tambahan dana.
Mantan Tahanan PolitikNama asli Sexwale sebenarnya adalah Mosima Gabriel Sexwale. Panggilan 'Tokyo' Sexwale disematkan kepadanya lantaran sewaktu kecil gemar berolahraga Karate.
Laki-laki yang juga berprofesi sebagai pengusaha pertambangan ini tak punya pengalaman di dunia sepak bola sebanyak empat pesaing lainnya. Sebagian hidupnya bahkan sempat dihabiskan di dalam penjara.
Ini terjadi ketika ia kembali ke Afrika Selatan pada 1976 setelah menjalani pelatihan perwira militer di Uni Soviet selama setahun.
Sexwale ditangkap dalam sebuah bentrok dengan pasukan keamanan Afrika Selatan. Bersama 11 orang lainnya, Sexwale ditangkap dan kemudian dihukum dengan tuduhan terorisme dan konspirasi menggulingkan pemerintahan.
Pada 1977, Sexwale dikirim ke penjara dengan keamanan maksimal di Pulau Robben (Afsel) untuk menjalani hukuman selama 18 tahun. Setelah menjalani masa hukuman selama 13 tahun, Sexwale dibebaskan pada Juni 1990 di bawah ketentuan Perjanjian Groote Schuur antara pihak pemerintah dan Kongres Nasional Afrika.
Ketimbang berkecimpung di dunia olahraga, Sexwale lebih banyak bergelut di dunia politik. Setelah keluar dari penjara, Sexwale pergi ke Johannesburg dan bekerja sebagai Kepala Departemen Hubungan Publik dari Kantor Pusat Kongres Nasional Afrika (ANC).
Terakhir, Sexwale menjabat sebagai Menteri Pemukiman Masyarakat dari 2009 sampai 2013.
(vws)