Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati tak lagi aktif di jajaran manajemen PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB), Muhammad Farhan meninggalkan rekam jejak positif dalam menyusun konsep bisnis klub perserikatan menuju era sepak bola industri.
Farhan, yang sempat menjabat Direktur Marketing dan Promosi PT PBB (2009-2015), menguraikan strategi jitu untuk 'mencuri' kepercayaan para sponsor yang selama ini enggan terlibat dalam pendanaan klub sepak bola nasional.
Citra sepak bola nasional yang akrab dengan perkelahian antarpemain, penunggakan gaji, dan kericuhan antarsuporter dipinggirkan. Pria yang lebih dikenal sebagai penyiar radio dan presenter itu mengembalikan kepercayaan para pengusaha dengan perhitungan bisnis yang matang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah pertama yang dilakukan Farhan dkk adalah memetakan klasifikasi bobotoh, mulai dari tingkat usia, pendidikan, jenis kelamin, hingga golongan pekerjaan pencinta Persib.
"Kami lakukan riset mendetail menyangkut bobotoh agar penanam modal bisa mengetahui pangsa pasar yang dituju lewat data dan statistik yang cukup akurat," kata Farhan saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com di kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.
Dengan pemetaan penonton yang jelas, maka tiap perusahaan bisa memprediksi produk apa yang bisa dipasarkan lewat Persib. Meski tidak langsung berhasil menggaet banyak sponsor di tahun pertama (2009), namun jumlah investor terus bertambah tiap musimnya.
Setelah sukses menjuarai Liga Super Indonesia (ISL) 2014, tim berjulukan Pangeran Biru kebanjiran sponsor. Sebanyak 15 sponsor melekat di jersey klub kebanggaan bobotoh itu pada musim 2015. Di antaranya, Datsun, Indofood, Kantor Pos, Kopi ABC, Corsa, dan Mogu Mogu.
Namun, penghentian kompetisi LSI 2015 cukup berdampak terhadap pemasukan klub. Beberapa sponsor pun otomatis berguguran dan sebagian besar perusahaan yang masih terlibat merevisi kontraknya.
"Ini pekerjaan rumah lagi bagi klub untuk mempertahankan kepercayaan sponsor. Minimal, bagaimana meyakinkan mereka untuk tetap mau terlibat jika ada turnamen atau sekadar laga persahabatan sambil menunggu kompetisi resmi kembali digulirkan," ujar Farhan.
Terapkan Sistem KaryawanUntuk menunjang cita-cita klub profesional, maka PT PBB menghilangkan legitimasi 'pengurus' Persib. Semua pihak yang terlibat di dalam PT PBB diangkat sebagai karyawan. Sebuah kebijakan yang belum banyak diterapkan di klub-klub profesional Tanah Air.
"Jadi, setiap orang punya tugas dan memiliki hak-hak yang jelas, termasuk gaji sebagai karyawan di sebuah perusahaan," ujar Farhan yang mengaku sudah menjadi bobotoh sejak remaja.
"Misalnya, setelah akhir pekan ramai-ramai menonton Persib. Maka, tidak ada alasan bagi karyawan untuk bolos kerja di hari Senin. Mungkin tidak semuanya hadir, tapi harus tetap ada yang standby di kantor PT PBB."
Meski demikian, divisi marketing dan pemasaran di bawah Farhan tetap diberikan kebebasan melakukan eksplorasi dan kreasi mengikuti perpembangan zaman. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kultur sumber daya manusia yang kreatif dan siap melakukan adaptasi terhadap perkembangan zaman.
"Saya termasuk orang yang adaptif. Artinya, bisa mengikuti perkembangan zaman sesuai kebutuhan. Karena, pengetahuan dan informasi berkembang sangat cepat. Budaya itu yang saya tularkan kepada tim marketing sekarang," tutur suami dari Aryatri itu.
Garansi Profit kepada InvestorSelain berfungsi menggaet sponsor, lanjut Farhan, sebuah marketing profesional wajib memberikan jaminan profit yang lebih besar dari nominal dana yang diinvestasikan.
Keuntungan dari invenstor tak semata-mata bisa diraih dari pengembalian modal. Tapi, juga menyangkut keuntungan dari biaya promosi melalui media, banner, baliho, dan popularitas brand di mata masyarakat.
"Klub harus pintar-pintar meyakinkan investor bahwa modal yang mereka tanamkan bakal mendapat keuntungan berlipat-lipat. Tapi, sekali lagi jangan hanya dengan lisan, tapi kudu disertai prediksi dan catatan rinci," ujarnya.
Klub profesional, di mata Farhan, semestinya tidak sekadar mengejar penghasilan dari program Corporate Social Responsibility (CSR). Sebab, klub-klub elite Indonesia harus punya nilai tawar yang tinggi demi menggaet penghasilan yang lebih besar pula.
"Selain prestasi, basis pendukung yang banyak, sebuah klub harus punya rencana bisnis yang profesional dan dikelola oleh orang-orang yang profesional juga tentunya."
Fokus Kembangkan Radio Bobotoh FM
Farhan resmi menanggalkan jabatan Direktur Marketing dan Promosi PT PBB pada 2015. Namun, ia tetap memberikan dukungan lewat media miliknya sendiri, Bobotoh FM.
Media radio memang bukan barang asing bagi Farhan. Karier profesionalnya di dunia hiburan diawali sebagai penyiar radio di Hard Rock FM (Delta FM) bersama Indy Barens sejak tahun 1990-an.
Kini, Farhan mencoba membangun Bobotoh FM yang fokus memberitakan aktivitas Persib melalui siaran radio dan situs online.
"Saya tetap bisa mendukung Persib dengan cara yang saya bisa. Ke depannya Bobotoh FM ini harus menguntungkan dan turut andil membantu Persib," kata Farhan.
(jun)