LIPUTAN KHUSUS

Operasi Senyap Maung Muda

Ahmad Bachrain & Arby Rahmat | CNN Indonesia
Senin, 14 Mar 2016 14:53 WIB
Pembinaan klub profesional ditentukan bagaimana mereka membangun sistem penyaringan talenta-talenta muda. Tak terkecuali Persib Bandung,
Diklat Persib Bandung mencari pemain dari eks klub anggotanya. Beberapa di antaranya adalah POR UNI dan Nusa Raya. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu syarat utama klub profesional ada dalam aspek pembinaan mereka. Tengok saja di Barcelona yang memiliki pusat tempaan anak-anak muda Blaugrana di La Massia.

Di Inggris misalnya, klub besar macam Manchester United memiliki 'pabrik' pemain-pemain muda yang dimatangkan di Carrington. Di pusat-pusat binaan itu pula mereka menyemai bibit-bibit unggulan hasil buruan untuk selanjutnya menjadi masa depan tim.

Bukan hanya itu, maju atau mundurnya klub profesional juga ditentukan dari cara mereka membangun sistem penyaringan pemain muda. Dalam hal ini, soliditas dan kejelian tim pemandu bakat menjadi syarat utama bagi klub.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana dengan Persib Bandung? Tentu, klub elite Indonesia ini masih jauh jika dibandingkan klub-klub mapan Eropa lainnya, bahkan dari segi pembinaan.

Namun, Maung Bandung satu dari segelintir klub profesional Tanah Air yang mencoba memulai inisiatif itu. Salah satunya dengan membuat sistem pembinaan usia muda berjenjang: Diklat Persib.

Mulai dari U-17 hingga U-19, para pemain hasil seleksi digojlok di Diklat Persib. Tentu bukan perkara mudah bagi Maung Bandung untuk mencari bakat-bakat muda di tiap daerah, mengingat luasnya cakupan geografis dan kompetisi usia muda yang belum berskala nasional.

Sebut saja untuk kawasan Jawa Barat, Provinsi di mana Persib berada, perburuan pemain harus benar-benar dilakukan secara seksama. Untuk itu, dibutuhkan tim pemandu bakat dan metode yang amat tepat untuk melakukannya.

Kalau sudah tahu bakal akan dipantau, pemain muda biasanya ingin unjuk diri dan mainnya jadi egois. Kepinginnya selalu cetak gol.Budiman Yunus
'Operasi senyap' salah satu metode yang dilakukan tim pemandu bakat pimpinan Budiman Yunus demi mendapatkan bibit-bibit unggulan.

Menurut Budiman yang juga menjadi pelatih kepala Diklat Persib, cara ini terbilang cukup efektif untuk menyisir bakat-bakat pemain muda di Jawa Barat, khususnya, dan beberapa daerah di luar Jawa Barat.

"Sebelum membentuk diklat ini, kami punya konsep bagaimana cara perekrutan pemain. Pertama, kami cari talenta-talenta bagus yang ada di daerah-daerah."

Hal pertama adalah memancarkan 'radar' pencarian talenta muda di 36 klub yang dulunya bagian dari anggota Persib di Bandung. "Di situ kami selalu pantau setiap ada pertandingan. Dari situ, bisa kami tentukan siapa yang pantas masuk seleksi dan nantinya bakal kami panggil," Budiman mengungkapkan.

"Kalau ada turnamen, tanpa diketahui sama penyelenggara turnamen, saya suka nonton misalnya di Sukabumi atau Ciamis. Kalau ada yang bagus saya dekati orang lokal yang ada di sana dan minta pemain itu suruh ke Bandung," tambahnya. "Kemarin waktu di Subang juga ada pemain bagus."

Mantan kapten Persija Jakarta ini tentu tidak sendiri. Ia sudah memiliki tim pemandu bakat yang dianggap punya kapabilitas maupun insting kuat dalam menentukan pemain berbakat.

"Tim intinya ada saya sendiri, asisten seperti Yadi (Mulyadi), (Muhammad) Rasyid, pelatih fisik Gilang (Fauzi), dan pelatih kiper Aji Bratakusuma," ujar Budiman. soal latar belakang kepelatihan formal, menurut Budiman, para anggota tim ini tak perlu diragukan lagi.

"Saya sendiri sudah memiliki Lisensi A Kepelatihan. Yadi sudah B Nasional, Rasyid dan Gilang ada lisensi dan lulusan S2 UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Sedangkan Aji berlinsensi pelatih kiper."
Diklat Persib bertujuan untuk mencari para pemain untuk tim utama. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/)

Soal insting juga tak perlu dipertanyakan lagi karena para pesonel tim ini sangat berpengalaman dengan dunia talenta-talenta muda.

Syarat lainnya adalah loyalitas dan dedikasi yang tak pernah bosan mencari pemain muda. "Sebetulnya masih banyak yang punya kemampuan seperti ini. Tapi saya mencari tim (pemandu bakat) yang benar-benar mau bekerja untuk tim," ujar Budiman.

Budiman dkk punya pertimbangan kuat memilih metode 'senyap' untuk melakukan pemantauan, bukannya dengan membuka seleksi besar-besaran. "Karena kalau seleksi dipublikasikan, kami tidak akan dapat bisa menampung. Akan membludak, sangat sulit untuk saya," ucapnya.

"Kemudian semua akan ikut seleksi, dan biasanya ada lobi-lobi teman dekat (agar memilih pemainnya), itu yang sulit buat saya."

Untuk itu, metode mencari langsung bakat-bakat muda ke daerah-daerah, menjadi pilihan yang lebih tepat sasaran baginya. "Seperti tempo hari saya menemukan pemain dari pegunungan Ciamis. Memang kalau punya kualitas dan talenta bagus, kami tampung," jelas Budiman.

"Malahan dalam waktu dekat ini, manajemen mulai mempersiapkan kontrak baru untuk anak-anak diklat ini."

Masing-masing personel akan menjalani misi pemantauan di daerah-daerah, hasil dari rapat tim scouting. Namun, jumlah personel tentu memang belum maksimal.

Untuk itu, Budiman dkk juga memanfaatkan jaringan mantan pemain Persib,sekadar untuk memasang radar informasi pemain-pemain muda potensial. "Saya juga tidak menutup diri apabila mantan pemain Persib punya pemain bagus," tuturnya.

"Saya bekerja sama dengan mantan pemain Persib seperti Pak Ancas Tonib, Kang Ajat Sudrajat, lalu ada Pak Ade Muliono dari Lembang, ada Pak Dedy Sutendi, dan Pak Risnandar (almarhum)."

Lantaran sudah cukup lama bergelut dengan dunia sepak bola usia muda, pelatih yang juga mengajar di UNI Bandung ini pun paham betul soal ciri-ciri pemain potensial.

Di antaranya adalah struktur postur mulai dari kaki hingga badan, biasanya sudah bisa dilihat. Dari visi bermain juga sudah bisa tergambarkan.

Makanya, Budiman melanjutkan, memantau pemain secara sembunyi-sembunyi sangat menguntungkan dari sisi sasaran yang ingin dicapai. "Biasanya kalau dipantau diam-diam, mereka mainnya alami. Kebiasaan permainan mereka juga terlihat, misalnya pemain mana yang individualis atau mana yang mengutamakan permainan tim," ujarnya.

"Kalau mereka sudah tahu bakal akan dipantau, pemain muda ini biasanya ingin unjuk diri dan mainnya jadi egois. Kepinginnya selalu cetak gol."

Pemain yang sudah masuk juga belum jaminan lolos seleksi. "Tentu ada serangkaian trial (uji coba) lagi bagi mereka yang dipanggil. Dua atau tiga pekan kalau anak ini punya talenta, akan terus kami bina," Budiman menerangkan. (bac)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER