Jakarta, CNN Indonesia -- Klub-klub sepak bola di Bandung dan sekitarnya harus mencari jalannya masing-masing setelah lepas dari induknya: Persib Bandung. Sebanyak 36 Persatuan Sepak Bola (PS), sebelumnya memang bagian dari Persib sebelum Si Biru menjadi perseroan terbatas (PT).
Namun, tidak semua PS eks-anggota Persib ini sudah semapan PS lainnya. Sebut salah satunya Nusa Raya, klub yang sejak 1986 berdiri, satu-satunya klub yang pernah menjadi anggota Persib meski kini markasnya berada di luar Kota Bandung.
Nusa Raya pun mencoba menyuarakan pendapat agar relasi historis antara eks-anggota Persib harus tetap terjalin. Jika pada awal rencana pemisahan, perdebatan masih seputar pembagian saham dengan PS anggota, tidak bagi Nusa Raya.
Menurut Ketua Umum Nusa Raya, Budi Agung, PS-PS ini fungsinya adalah pembinaan. Sebetulnya adalah menjadi masalah yang besar untuk klub-klub supaya bagaimana pembinaan ini bisa disokong dengan baik. "Kita tahu APBD kita terbatas dan segala rupa. Ya mungkin bisa dilihat sendiri sarana dan prasarana kami seperti ini," tutur Budi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir dengan kerja sama yang baik, kita mungkin bisa mendapatkan sarana dan pra sarana yang lebih baik lagi.
Harapannya, dengan adanya Diklat Persib, itu mudah-mudahan juga menjadi penyeimbang dan kesinambungan antara Askot dan PT PBB.
Budi melanjutkan, benang merah yang tetap harus dibangun tak melulu masalah saham. Namun, jenjang kompetisi usia muda yang rutin dijalankan oleh PT PBB, menjadi solusi bagaimana klub-klub bisa ikut memberikan sumbangsih untuk Persib.
Budi menuturkan, banyak harapan yang ingin dicapai oleh klub-klub PS anggota Persib yang sekarang melebur ke Asosiasi Kota (Askot) Bandung. "Salah satunya memang kami ingin adanya harmonisasi, ada benang merah yang jelas antara PT Persib Bermartabat dengan PS-PS anggota Askot.
"Nah ini yang saya tahu dirintis terus, tapi belum ada rencana yang matang sekali."
"Pernah waktu itu ada terobosan seperti bergulirnya kompetisi U-19. Itu memang dirancang oleh PT PBB sendiri yang sebetulnya itu menurut saya suatu wacana yang sudah terlaksana," ujar Budi. Meskipun, menurutnya, ide itu tidak berjalan mulus.
Kompetisi yang sempat digagas pada tiga tahun lalu pun berhenti lantaran ada saja masalah klasik yang muncul. Salah satunya, Budi menerangkan, masih ada saja PS eks-anggota Persib yang menuntut pembagian saham.
"Padahal, ada juga klub yang permintaannya sederhana. Yang penting ada kompetisi rutin berjenjang," ujar pria yang berprofesi sebagai pengacara ini. Dengan demikian, ia menambahkan, PS-PS ini merasakan betul hubungan dengan Persib, meski secara formal bukan lagi anggota Maung Bandung.
"Di situ benang merahnya, tanpa harus melihat saham. Karena kalau kita bicara saham, nantinya akan lebih meluas pada hal-hal profit oriented-nya dan segala rupa," ucap Budi.
"Tapi kalau saya pikir, marilah kita bicara dengan pola pikir yang sederhana saja bahwa kita punya sejarah sebagai PS-PS pendiri Persib itu tetap bisa berjalan. Kompetisinya tidak selalu mengandalkan lagi kepada APBD."
(bac)