Jakarta, CNN Indonesia -- Jeni Jatnika dan Muhammad Rafi adalah dua dari beberapa orang lainnya yang mencoba mengadu nasib untuk menimba ilmu sepak bola di Diklat Persib U-17.
Bagi mereka, Persib adalah batu loncatan besar untuk berkarier di sepak bola. Di usia yang masih muda, mereka tak segan bermimpi besar untuk suatu hari nanti dapat menjadi bagian dari pasukan Pangeran Biru, atau bahkan pasukan Merah Putih.
"Orang tua saya bukan pemain bola, tapi ayah saya senang taktik bermain bola dan diterapkan kepada saya sehingga saya bisa jadi seperti ini," kata Jeni yang berasal dari Cianjur kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harapannya sekarang di Diklat Persib U-17, saya dapat bekerja keras untuk bisa masuk ke level yang lebih tinggi. Ingin membanggakan orang tua dengan masuk ke Persib senior, karena dengan begitu orang Jawa Barat akan lebih menghargai dan mengenal saya dari sebelumnya."
Sudah hampir setahun Jeni menjalani pelatihan di Diklat Persib U-17. Pesepak bola yang mengidolakan Atep ini pindah ke sana dari SSB Cianjur setelah sukses menjalani serangkaian tes.
Jeni sempat pula merasakan pengalaman seleksi Timnas U-19 bersama Febri Hariyadi, pemain Persib U-21 yang saat ini sedang menimba ilmu sepak bola di Italia. Walau gagal di tahap kedua, Jeni tetap merasa sangat bangga lantaran menjadi pemain termuda yang ikut dalam seleksi tersebut.
"Ilmu yang didadapat di Diklat ini terutama dari fisik, teknik, sangat terlihat beda. Ada kelebihan," ujar pencetak gol terbaik Liga Cianjur tersebut.
Senada dengan Jeni, Rafi pun tidak menyangka dirinya dapat bergabung ke Diklat Persib U-17.
Rafi masuk ke Diklat Persib setelah performanya di SSB Persebar dinilai baik. Meski mengaku lebih tertarik bergabung dengan Sriwijaya FC, Rafi tidak keberatan jika suatu hari nanti meniti karier di Bandung.
"Yang terbaik saja. Di sini (Persib) perkembangan saya bagus, karier sepak bolanya juga bagus. Pelatihannya juga terprogram dengan baik," ujar pemuda asal Jakarta tersebut.
"Manfaat yang saya dapat di sini banyak. Saya latihan hampir setiap hari. Menurut saya latihan di Diklat Persib lebih banyak ke teknik, finishing, dan passing."
Rafi sendiri merasa dirinya sudah terlanjur cinta dengan Kota Kembang. Sejak pindah sekolah ke SMA Taman Siswa Lodaya pada 2015 saat ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA, ada perbedaan pergaulan yang ia rasakan.
"Kalau di Jakarta banyak anak yang nakal, di sini anak-anaknya fanatik sama sepak bola jadi Rafi lebih positif," tutur pemain yang mengidolakan Firman Utina itu.
(bac)