Jakarta, CNN Indonesia -- Euforia final Piala Bhayangkara memanggil para penggila sepak bola di seluruh pelosok tanah air, menjalani puluhan bahkan ratusan kilo meter demi mendukung kesebelasan kesayangan.
Kiza alias Eko (42) adalah seorang Aremania -- sebutan pendukung Arema -- yang datang jauh-jauh dari Lombok bersama rekannya, Zambolet alias Supriyono Adi Irwansyah (28).
Mereka datang dari Lombok ke Ibukota menggunakan pesawat kemarin malam (2/4) dan tiba di Jakarta pagi tadi. Partai antara Arema Cronus melawan Persib Bandung tentu menjadi tujuan utama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menginap di Cengkareng. Tidak ada hambatan saat perjalanan ke sini, mungkin karena naik pesawat. Berbeda dengan teman-teman yang baik bus, katanya yang dari Malang ada yang dilempari," kata Eko kepada
CNNIndonesia.com."Saya sampai meninggalkan anak dan istri demi Arema. Tadinya ingin saya ajak juga tapi akhirnya saya saja yang ikut."
Pendukung Arema di Lombok tak sedikit. Supriyono mengatakan ada sekitar 250 orang mencintai Singo Edan.
Baik Eko maupun Supriyono berharap agar pertandingan final dapat berjalan dengan lancar dan damai. Mereka tidak ingin ada kerusuhan yang terjadi antara Aremania dan Bobotoh -- sebutan untuk pendukung Persib.
"Yang penting Bobotoh jangan mulai sulut emosi duluan, kami rusuh itu tergantung siapa yang mulai duluan. Kalau ada yang bilang sorakan kami rasis, itu pun tergantung siapa yang memulainya. Jangan sampai membakar api, jangan meniduri singa yang sedang tidur," ucap Supriyono.
Eko dan Supriyono berharap agar Arema bisa juara.
Dari Lombok, mereka pun sebelumnya sempat ke Bali ikut berkelama mengikuti jejak Arema di Piala Bhayangkara. Mereka yakin skuat Arema tak kalah bagus dari Persib.
"Walau ada mantan pemain (Samsul Arif, Purwaka Yudhi) tapi tidak takut," ujar Supriyono
Ingin PSSI dan Kemenpora DamaiSadar kegembiraan mereka menyaksikan pertandingan sepak bola akan usai, Eko dan Supriyono berharap agar PSSI dan Kemenpora cepat berdamai.
Eko mengingatkan agar masing-masing pihak yang berseteru menurunkan egonya dalam mencari solusi. Ia ingin masyarakat Indonesia bisa menikmati bola kembali seperti sedia kala.
"Kalau semua damai, otomatis pecinta bola senang juga," tutur Eko.
Senada, Supriyono pun mengatakan bahwa perseteruan tersebut sangat merugikan insan sepak bola tanah air. "Sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat kecil," katanya.
(vws)