Jalan Pulang Tontowi/Liliyana

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 11 Apr 2016 19:52 WIB
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil jadi juara di Malaysia Terbuka. Trofi tersebut bisa mengangkat beban berat mereka selama setahun terakhir.
Ekspresi kegembiraan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Malaysia Terbuka Super Series Premier. (Dok. PBSI)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tontowi Ahmad memutuskan untuk melakukan smash setelah melihat bola pengembalian Chan Peng Soon. Smash ke arah Chan Peng Soon itu tak bisa dikembalikan dengan baik. Skor milik Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di papan elektronik pun berubah menjadi 21.

Tontowi dan Liliyana berteriak sambil menjatuhkan diri di lapangan karena baru saja memastikan diri jadi juara Malaysia Terbuka Super Series 2016. Dari mulut keduanya, bisa terbaca kalimat penuh syukur atas kemenangan ini. Tontowi menutup perayaan kemenangannya dengan sujud syukur sedangkan Liliyana berlari menghampiri pelatih ganda campuran, Richard Mainaky.

Dari perayaan yang ditampilkan Tontowi/Liliyana di lapangan, jelas sudah bahwa gelar ini begitu berharga bagi mereka. Gelar penghapus keraguan dan pengembali kepercayaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat perayaan kemenangan Tontowi/Liliyana di Perancis Super Series 2014, gelar super series/premier terakhir mereka sebelum gelar di Malaysia kali ini. Tontowi/Liliyana hanya mengucap syukur dengan kedua tangan terbuka dan melakukan toast.

Tak ada aksi jatuh-jatuh dengan luapan kegembiraan berlebihan di atas lapangan. Perayaan itu yang juga tampak diperagakan di Kejuaraan Badminton Asia 2015 dan Indonesia Grand Prix Gold 2015.

Perayaan kemenangan di Malaysia akhir pekan lalu setara dengan perayaan gelar juara All England atau Kejuaraan Dunia. Hal itu menjadi salah satu indikasi betapa besarnya kemenangan ini bagi Tontowi/Liliyana.

Sejak kalah dari Zhang Nan/Zhao Yunlei di Asian Games 2014, sejak itu pula performa Tontowi/Liliyana terus menunjukkan grafik menurun. Pada awalnya, kekalahan itu tak terlalu membebani, namun seiring kekalahan berikutnya di All England 2015 dan Kejuaraan Dunia 2015, kepercayaan diri Tontowi/Liliyana pun semakin terkikis.

Bukan hanya ketika menghadapi Zhang Nan/Zhao Yunlei, perlahan kekalahan demi kekalahan itu juga memengaruhi kondisi psikologis mereka ketika berduel dengan ganda-ganda lainnya di luar Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Di awal tahun 2016, Tontowi/Liliyana datang dengan semangat menggebu-gebu menjadikan tahun ini sebagai tahun pembalasan. Mereka memotong hari libur yang mereka dapat dan Tontowi pun dengan sukarela kembali tinggal di pelatnas meskipun ia berhak pulang ke rumah karena sudah berkeluarga.

Latihan keras mereka lakukan dengan porsi yang ditingkatkan. Namun kerja keras itu tak lantas membuahkan hasil manis.

Pada All England 2016, Tontowi/Liliyana bahkan sudah tersisih di babak perempat final, hasil mengecewakan bila melihat dalam empat tahun sebelumnya mereka selalu berada di babak final.

Richard Mainaky pun sudah mencoba berbagai alternatif untuk mengembalikan Tontowi/Liliyana ke rute mereka yang sebenarnya. Mulai dari pembenahan fisik dan teknik hingga membebaskan Tontowi/Liliyana dalam mencari formula permainan baru mereka di lapangan.

Kenyataan paling pahit bagi Tontowi/Liliyana sebelum menang di Malaysia adalah mereka sudah berusaha keras meningkatkan performa permainan namun hasil yang mereka inginkan belum tampak di lapangan.

Tontowi/Liliyana kehilangan sentuhan juara yang sebelumnya mereka punya. Cerita kerja keras seperti yang mereka lakukan sebelum Kejuaraan Dunia 2013 atau All England tak lagi berbuah sama di awal tahun ini.

Tontowi/Liliyana sudah enam tahun berpasangan dan Olimpiade Rio de Janeiro mungkin saja jadi ajang pamungkas bagi mereka berdua. Sejak kegagalan di Olimpiade 2012, Tontowi/Liliyana sudah bertekad balas dendam di Rio de Janeiro.

Dalam perjalanan menuju Olimpiade 2016, Tontowi/Liliyana menunjukkan performa apik di 2013 dan awal 2014 namun kemudian mengalami penurunan di akhir 2014 serta sepanjang 2015.

Dengan Olimpiade tinggal menghitung bulan, patutlah berharap gelar Malaysia Terbuka jadi momentum titik balikperforma Tontowi/Liliyana.

Meskipun performa Tontowi/Liliyana belumlah ada di level terbaik yang bisa mereka capai saat mereka memenangi Malaysia Terbuka lalu, setidaknya kini sentuhan juara dan rasa percaya diri mereka sudah kembali.

Mereka bisa bermain di turnamen-turnamen selanjutnya setelah ini tanpa beban berlebihan. Mereka bisa belaga di lapangan tanpa diiringi fakta mereka sudah lama tak jadi juara turnamen super series/premier. Semua beban tersebut sudah terangkat seiring terangkatnya trofi juara Malaysia Terbuka oleh tangan mereka.

Tontowi/Liliyana pastinya berharap gelar Malaysia Terbuka bisa menuntun mereka pulang ke tempat seharusnya mereka berada, yaitu tempat tertinggi di podium juara. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER