Nasib Warga Leicester Berubah Berkat Si Rubah

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Jumat, 29 Apr 2016 14:14 WIB
Pencapaian luar biasa yang diraih Leicester City musim ini membuat kota tempat klub itu bergeliat dan membuka peluang penghidupan yang jauh lebih baik.
Perubahan nasib Leicester City ikut mendongkrak kehidupan sejumlah warga Kota Leicester. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bak dongeng Cinderella, kisah Leicester City di Liga Primer Inggris, membuat banyak orang terkesima. Klub yang tadinya dinilai bukan apa-apa, kini menjelma menjadi klub terbaik, calon juara Liga Primer Inggris musim ini di bawah arahan Claudio Ranieri.

Perubahan besar The Foxes itu rupanya diikuti oleh nasib sejumlah warga Leicester yang juga berubah menjadi lebih baik. Media di Inggris, BBC pun mencoba merangkum perubahan nasib mereka berkat kesuksesan Si Rubah mencuri perhatian dunia.

Berikut cerita singkat yang dirangkum oleh BBC:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ian Stringer (komentator Leicester)

Ian merupakan sosok yang tak asing lagi di dunia penyiaran. Dia pernah tercatat sebagai salah satu penyiar di Lord Sugar Apprentice sejak 2012.

Setelah didepak, ia langsung memutuskan bergabung bersama klub Leicester City sebagai komentator. "Pekerjaan dan kehidupan saya banyak berubah," tutur Ian.

"Sebagai komentator, saya terbiasa membahas pertandingan lokal, laga League One. Sekarang saya mulai diminta untuk bicara di tengah malam dengan kolega dari Jepang dan Amerika."

Ia juga menceritakan dulunya di ruang pers Leicester City hanya ada dirinya dan wartawan lokal, tapi kini semua media dari penjuru Inggris datang meliput.

Pekan lalu, Ian duduk berdampingan dengan Fabio Capello di King Power Stadium.

Jake MacLean (pembuat coklat magang)

Kehebatan The Foxes, diakui Jake MacLean, rupanya ikut meningkatkan minat orang-orang ke Kota Leicester sehingga menghidupkan pariwisata. Ramai pengunjung, membuat MacLean yang tadinya pengangguran akhirnya bisa bekerja di toko coklat sebagai pembuat coklat magang.

"Saya membuat coklat setiap hari dan ini menyenangkan. Kami juga membuat bir Thai untuk menghargai klub," ucap MacLean.

"Banyak orang yang datang kemari (Leicester), membeli coklat, kemudian mereka menonton pertandingan. Mereka berasal dari berbagai negara. Ada orang Thailand, Amerika, Belanda."

Menurutnya, prestasi Leicester banyak membuat sisi-sisi bisnis di kota semakin bergeliat.

Olivia Dougherty dan Jenna Smith (pesepak bola wanita)

Perubahan nyata juga terjadi bagi pesepak bola wanita di Kota Leicester. Setidaknya gairah untuk bermain sepak bola bagi pemain amatir macam Olivia Dougherty dan Jane Smith yang kian mencintai pijakan kariernya kini sebagai pesepak bola muda wanita.

Dulu, Dougherty tak terpikirkan akan menjadi pesepak bola wanita karena memang tak ada yang menginsprasinya. Tapi sekarang kondisi berubah, Leicester membuatnya terus berusaha mengejar impian. "Sangat luar biasa dan begitu menginspirasi dan membuat orang seperti kami ingin meraih impian. Ini menunjukkan semua orang pun bisa," ujar Dougherty.

Pengakuan itu juga disampaikan Jenna yang kini bisa menggunakan fasilitas terbaik yang belum pernah didapatkan sebelumnya di sepak bola. "Ini menunjukkan kepada klub lain bahwa kita tak selalu bicara soal uang jika ingin sukses," tutur Jenna.

Mereka pun tak perlu cemas lagi karena semua program sepak bola wanita dan fasilitas ditanggung sepenuhnya oleh klub Leicester sebagai syarat utama klub Liga Primer Inggris.

Nicky Fitzpatrick (Manajer katering)

Dengan semakin banyak pengunjung yang datang untuk menyaksikan Leicester City, kian banyak pula bar-bar dan tempat makan menjamur di kota tersebut.

Sebelum Leicester City sukses seperti sekarang, Nicky biasanya hanya diorder klub tersebut untuk memberikan makan fan setiap Sabtu.

Kini, setiap hari ia menyediakan makanan dan menjadi rekanan resmi klub tersebut. "Empat tahun lalu saya hanya pekerja sambilan dan pelajar. Tapi karena sukses klub, saya sempat menjadi staf liaison klub itu," ungkap Nicky.

"Kini mereka memberikan saya pekerjaan tetap setiap hari di kota ini. Kembali lagi, dulu hanya orang-orang tua yang membeli tiket musiman. Kini setiap orang bernyanyi. Kini seperti pesta setiap akhir pekan." (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER