Jakarta, CNN Indonesia -- Kericuhan yang memakan korban jiwa dua suporter klub Indonesia, Persija Jakarta dan PSS Sleman, tak masuk dalam ranah Komisi Disiplin (Komdis) PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
Demikian diungkapkan Direktur Kompetisi dan Regulasi GTS, Ratu Tisha Destria, yang dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Kamis (26/5).
Berdasarkan penelusuruan sementara PT GTS, peristiwa tragis yang mengakibatkan suporter kehilangan nyawa itu terjadi di luar area stadion sehingga tak masuk dalam ranah komdis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Kasus) PSS Sleman terjadinya di luar stadion jadi tidak bisa kita sidangkan di Komdis," ujar Tisha.
"Kami tidak bisa menghukum orang tanpa ada aturan tertulis. Kecuali nanti ada aturan yang mengatur hingga radius 10-20 km. Itu kan sebetulnya bukan ranah operator."
Sebelumnya, salah satu suporter Persija, Muhammad Fahreza, diduga meninggal akibat dianiaya pihak keamanan, ketika klub ibu kota itu tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), 13 Mei lalu.
Satu pekan berselang, suporter PSS, Stanislaus Gandhang Deswara (16), diduga meninggal akibat bentrokan dengan suporter lainnya di Jalan Magelang KM 14, Triharjo, Sleman, Minggu (22/5) dini hari WIB.
"Kedua kasus itu tidak melanggar regulasi apapun karena terjadi di luar stadion. Tapi GTS memiliki sikap mendatangi klub dan istilahnya ngobrol bersama agar mencari tahu bagaimana edukasi suporter ke depannya," ujar Tisha menambahkan.
"Jadi kedua kasus itu tak bisa dihukum (oleh GTS) karena tidak masuk areanya kompetisi. Kami hanya bisa menunjukkan kepedulian kami sebagai bagian dari dunia sepak bola."
(jun)