Pertaruhan Terakhir Berlusconi dan AC Milan

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Minggu, 05 Jun 2016 00:43 WIB
Setelah 30 tahun memimpin AC Milan, Silvio Berlusconi merasa ini adalah momen tepat untuk mundur. Namun ia butuh untuk melakukan pertaruhan terakhir.
Silvio Berlusconi siap melepas AC Milan pada investor asal China. (Giorgio Cosulich/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Silvio Berlusconi, taipan media Italia yang juga pemilik AC Milan, berjanji pada para pendukung kesebelasannya untuk memberikan masa depan yang terbaik. Salah satu jalan yang harus ia tempuh adalah dengan mencari pemilik baru yang siap memberikan sokongan dana.

"Saya kira ini saatnya menyerahkannya (Milan), setelah berada 30 tahun dan memenangi 28 gelar," katanya kepada Teleregione Molise.

"Saya adalah presiden yang telah memenangi gelar terbanyak dalam sejarah sepak bola, dan sekarang saya harus membuat gestur terakhir sebelum pergi: mencari penerus yang bisa membawa Milan mencapai standar internasional."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berlusconi yang seorang penduduk asli kota Milan membeli kesebelasan yang dijuluki Rossoneri itu pada Februari 1986 melalui perusahaan media miliknya, Finnivest. Bukan hanya menyelamatkan Milan dari kebangkrutan, Berlusconi pun menanamkan uang untuk membawa Milan pada era kejayaannya.

Berlusconi juga membuat saudara sekota mereka, Inter Milan, harus tertunduk malu menyaksikan AC Milan menjadi raja Eropa dengan mengumpulkan lima gelar Liga Champions pada periode 1988-2007. Ini belum menghitung delapan gelar Liga Italia pada periode yang sama.

Kemerosotan Liga Italia dalam satu dekade terakhir mau tak mau membuat AC Milan ikut terpuruk. Rossoneri kini tak lagi punya daya pikat dan kekuatan finansial yang sama untuk menarik talenta terbaik di dunia -- masalah yang secara kasar hanya bisa diselesaikan oleh kedatangan pemodal baru.
Gianluigi Donnarumma lahir dari akademi AC Milan. (REUTERS/Alessandro Garofalo)

Berlusconi sendiri sadar dirinya kini tak bisa bersaing dengan pengusaha Rusia atau Timur Tengah yang dalam satu dekade ke belakang muncul di peta persepakbolaan Eropa dan mengacaukan standar harga pemain.

"Sebagai contoh, kita membicarakan tawaran gaji senilai 15 juta euro bersih untuk Zlatan Ibrahimovic," kata Berlusconi, menyiratkan suatu kepasrahan bahwa ia tak punya cukup dana mendatangkan mantan pemainnya itu kembali ke Milan.

Berlusconi menyebut gelontoran uang di sepak bola saat ini sebagai "uang permainan monopoli".

Karena itulah, pria yang sudah tak menjabat lagi sebagai Perdana Menteri Italia tersebut kini memberikan lampu hijau bagi para petingginya untuk bernegosiasi untuk menjual kesebelasannya.

Bukan hal mudah baginya untuk menggaet konglomerat untuk mengakuisisi Milan.

Setelah berdansa dengan pengusaha Thailand, Bee Taechaubol, nyaris satu tahun lamanya, belum ada satu pun uang yang mengalir ke kantong Rossoneri.

Berlusconi dan Mr. Bee telah menandatangani perjanjian awal pembelian pada Agustus lalu dan Mr. Bee dijadwalkan untuk mengambil alih 48 persen saham Milan secara resmi pada 30 September 2015.

Alih-alih tiba di kota Milan, Mr. Bee mengundur jadwal pengalihan saham ke akhir November. Di awal 2016, negosiasi tersebut berakhir.

Kini Berlusconi mengalihkan pandangan matanya ke Asia Timur, tepatnya pada negara berpenduduk terbanyak di dunia yang menjadi pasar incaran banyak klub Eropa: Republik Rakyat China.

Dalam beberapa pekan terakhir, AC Milan dikabarkan tengah bernegosiasi dengan satu konsorsium asal China yang bersedia menyediakan dana untuk memperkuat skuat.

Konsorsium China tersebut memvaluasi AC Milan di kisaran 700 juta euro, termasuk di dalamnya utang-utang klub.

"Lewat pihak yang mengurusi negosiasi, kami telah menerima rekomendasi yang meyakinkan. Saya berharap kami bisa mendapatkan tanda tangan mereka untuk berkomitmen setidaknya beberapa tahun," kata Berlusconi.

"Jika cara terakhir kami ini untuk mencari penerus gagal, maka saya harus mengambil solusi yang berbeda, membangun tim yang terdiri atas para pemain muda Italia dan juga pemain muda yang berasal dari akademi muda kami, seperti kiper Gianluigi Donnarumma, yang masih berusia 17 tahun tapi telah menjadi kiper yang hebat."

Variety melaporkan bahwa perusahaan yang berada di balik konsorsium itu adalah Grup Evergrande, raksasa properti yang juga memiliki klub sepak bola Guangzhou Evergrande Taobao.

Evergrande sendiri telah menjadi ujung tombak kebangkitan sepak bola China yang ditandai oleh kesuksesannya dua kali menjuarai Liga Champions Asia -- pertama kalinya klub dari Negeri Tirai Bambu keluar sebagai pemenang.

Jika kesepakatan terlaksana, maka ini akan menandai kedua kalinya perusahaan China membeli saham klub besar Eropa.

Pada Desember lalu, dua perusahaan milik pemerintah China, yaitu China Media Capital (CMC) dan Citic Capital, resmi mendapatkan 13 persen saham Manchester City seharga US$400 juta.

Sementara itu, Inter Milan juga tengah bernegosiasi dengan Grup Suning, raksasa penyalur alat elektronik dan rumah tangga asal China untuk menjual 70 persen saham. Presiden Inter, Erick Thohir, kini tengah berada di China untuk menyelesaikan negosiasi tersebut.

Jika Milan mengambil langkah yang salah, maka bisa dipastikan mereka akan semakin tertinggal dan tak mampu lagi kembali ke era kejayaan seperti sebelumnya. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER