Jakarta, CNN Indonesia -- Tim nasional Chile menjadi juara Copa America untuk dua kali secara beruntun setelah mengalahkan Argentina lewat drama adu penalti di Stadion MetLife, New Jersey, Minggu (26/6).
Keberhasilan ini membuat Chile menjadi satu-satunya tim dalam sejarah yang memenangi Copa America secara beruntun lewat adu penalti. Pada 2015, mereka juga menjadi juara setelah berjaya dalam adu tos-tos-an melawan Tim Tango.
Chile sendiri menunjukkan kematangan dalam adu penalti dan terlihat mempersiapkan diri untuk mengakhir laga dengan cara itu. Salah satu contoh paling kentara adalah ketika mereka menarik keluar Eduardo Vargas (menit ke-109) dan Alexis Sanchez (menit ke-104) di babak perpanjangan waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, mengingat Vargas adalah pencetak gol terbanyak Chile di turnamen ini, dan Sanchez adalah pemain terbaik mereka, menjadi suatu keanehan ketika keduanya tak terlibat dalam adu penalti.
Namun ternyata pergantian itu telah diperhitungkan matang oleh sang pelatih, Juan Antonio Pizzi. Dua pengganti Vargas dan Sanchez, yaitu Nicolas Castillo dan Gato Silva berperan penting dalam adu penalti.
Castillo adalah penendang kedua Chile. Ia menjadi algojo dengan menanggung beban tersendiri setelah Arturo Vidal yang dipercaya menjadi eksekutor pertama gagal.
Dengan beban seperti itu, Castillo kemudian tanpa keraguan menghujamkan bola ke pojok kiri atas dengan kaki kanannya, sebuah tendangan yang sukar dihentikan oleh kiper mana pun.
Sementara itu, beban Silva pun tak kalah besar. Sebagai penendang penalti kelima, ia punya tanggung jawab untuk mengamankan gelar juara untuk Chile.
Sebagaimana Castillo, Silva melakukan tugasnya dengan sempurna. Dengan sepakan kaki kanan ia mengirimkan bola mendatar ke pojok kiri bawah gawang, sementara Sergio Romero yang berjaga di gawang Argentina bergerak ke arah sebaliknya.
Pilihan Pizzi untuk tak menggunakan nama-nama besar di adu penalti terbukti berhasil.
Satu rahasia lainnya yang dimiliki oleh Chile dalam adu penalti adalah kehadiran Claudio Bravo di bawah mistar gawang. Ketika berhadapan dengan Lucas Biglia yang menendang dengan wajah penuh keraguan, Bravo tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, melompat ke arah yang benar dan mengamankan bola.
Chile pun juara Copa America Centenario.
(vws)