Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat RI, Teuku Riefky Harsya, mengingatkan Kementerian Pemuda dan Olahraga bahwa memberikan bonus Rp5 miliar untuk para peraih medali emas Olimpiade dan Rp2 miliar untuk peraih perak belum cukup untuk mendukung kemajuan olahraga Indonesia.
Riefky berpendapat bentuk penghargaan yang utama kepada para atlet Indonesia sesungguhnya adalah jaminan dukungan program secara berkelanjutan.
"Kualitas dan kesinambungan latihan, itulah yang diimpikan semua atlet berprestasi dari cabang olahraga (cabor) Olimpiade," katanya kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (18/8) pagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bonus dan tanda jasa tentu penting, tetapi aspirasi yang paling sering kami terima dari para pengurus cabor, pelatih, dan atlet adalah ketidakpastian dana dan jadwal pembinaan Kemenpora dan Satlak Prima yang tidak sinkron dengan target prestasi yang dibebankan pada mereka."
Indonesia lebih dahulu sukses menyabet medali perak melalui Sri Wahyuni Agustiani dan Eko Yuli Irawan. Medali emas kemudian direbut bertepatan dengan Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia (17/8) melalui pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Owi/Butet).
Komisi X DPR-RI yang membidangi Olahraga pun bernapas lega sekaligus bangga dengan pencapaian tersebut. Pasalnya, di Olimpiade London 2012 Indonesia gagal menyumbang medali emas.
"Tontowi dan Liliyana telah mempersembahkan kado terindah kepada rakyat Indonesia yang sedang merayakan hari kemerdekaannya yang ke 71 tahun. Komisi X mengucapkan syukur, selamat dan terima kasih kepada Tantowi dan Liliyana yang telah berhasil melanjutkan kembali torehan tinta emas bagi olah raga Indonesia sekaligus mengharumkan nama bangsa kita di mata dunia.
"Khusus kepada Eko Yulianto dan Sri Wahyuni yang beberapa hari sebelumnya telah sukses merebut dua medali perak, salut atas perjuangannya menjaga tradisi medali angkat besi kita di Olimpiade," ucap Riefky.
Lebih lanjut, Riefky mengatakan kekompakan dan profesionalitas para pengurus serta Pelatih PBSI dan PABBSI terbukti menjadi kunci keberhasilan prestasi tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa saat ini Publik sedang menyoroti kinerja Kemenpora, KOI, Satlak Prima, KONI termasuk pengurus cabor untuk lebih serius lagi dalam memberikan dukungan kepada para atlet Indonesia yang akan turun di SEA Games Singapura 2017 dan Asian Games 2018 di Indonesia.
"Pencapaian cabor bulutangkis dan angkat besi ini patut dicontoh pengurus cabor lainnya, terutama yang sering mempertontonkan konflik internal pengurus maupun permasalahan akuntabilitas yang kemudian menjadi penyebab terhambatnya kualitas dan kontinuitas pembinaan Atlet," ucapnya.
(vws)