Jakarta, CNN Indonesia -- Laporan palsu perenang Amerika Serikat, Ryan Lochte di Rio de Janeiro ikut membuat sponsornya gerah. Speedo selaku sponsor utama Lochte memutuskan kerja sama dengannya setelah dirinya terbukti berbohong dalam memberikan keterangan bahwa ia telah dirampok di Rio de Janeiro selama Olimpiade 2016.
Kepastian itu disampaikan pihak Speedo melalui pernyataan resmi seperti dilansir dari
Eurosport.
"Speedo AS hari ini mengumumkan untuk mengakhiri sponsor kepada Ryan Lochte. Sebagai bagian dari keputusan ini, kami mendonasikan bayaran 50.000 dolar AS untuk yayasan Save The Children, kepada anak-anak di Brasil," demikian pengumuman resmi dari Speedo seperti dikutip dari
Eurosport.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Speedo menganggap apa yang telah dilakukan Lochte juga merugikan pihaknya secara pencitraan.
"Meski kami menikmati masa-masa kemenangan dengan Ryan (Lochte) selama lebih dari satu dekade dan sebagai bagian utama dari tim Speedo, kami tidak bisa menerima perilaku yang melawan nilai-nilai merek ini," kata Speedo.
"Kami tetap menghargai banyak penghargaan dan berharap ia bisa belajar dari pengalamannya."
Lochte dituding berbohong terkait pengakuannya bahwa ia menjadi korban perampokan di Rio de Janeiro saat Olimpiade 2016, 14 Agustus lalu. Saat itu ia bersama tiga perenang Amerika Serikat lainnya mengaku telah dirampok.
Untuk memastikan keterangan itu, pihak kepolisian Rio de Janeiro mencoba meminta keterangan langsung dari Lochte. Namun, ia telanjur pulang ke Amerika Serikat.
Sementara tiga rekan Lochte, James Feigen, Gunnar Bentz, dan Jack Conger, sudah dimintai keterangan di Rio de Janeiro, Rabu (17/8). Pihak kepolisian Rio de Janeiro pun menyimpulkan bahwa keterangan itu tak berdasar setelah meminta keterangan dari tiga perenang Amerika Serikat tersebut.
Sebelumnya, Lochte pernah menerangkan kepada media, dirinya sedang berada di taksi menuju perkampungan atlet pada hari Minggu (14/8) saat pelaku berlencana polisi memberhentikan mereka.
"Kami ditarik keluar. Gerombolan itu datang dengan lencana polisi, namun tanpa perlengkapan lainnya."
"Mereka mengambil senjata mereka dan berkata pada rekan saya untuk merunduk ke lantai. Saya menolak karena saya merasa tak ada yang salah jadi saya tak merunduk ke lantai," ujar Lochte kepada
NBC.
Lantaran melawan, para perampok yang menyamar jadi polisi itu semakin beringas.
"Orang tersebut siap menarik pelatuk, menodongkan senjata di dahi saya dan berkata pada saya untuk merunduk."
"Saya mengangkat tangan saya. Mereka mengambil uang dan dompet saya, namun meninggalkan telepon seluler," tutur Lochte.
(bac)