Jakarta, CNN Indonesia -- Euforia perayaan medali emas Olimpiade 2016 yang diraih Indonesia melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir perlahan surut. Namun, perayaan arak-arakan yang dibuat Kemenpora RI beberapa waktu lalu tak luput dari kritik.
Anggota Komisi X DPR RI dari fraksi PKB, Krisna Mukti, menilai perayaan tersebut kurang adil dalam memperlakukan atlet-atlet yang tidak meraih medali. Hal itu ia utarakan dalam Rapat Kerja Komisi X bersama Kemenpora di Nusantara I DPR RI, Kamis (1/9) siang.
Krisna pada saat perayaan pun turut hadir dalam konvoi dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta ke Kantor Kemenpora RI. Mantan model dan pemain film itu bahkan ikut naik bus bandros mendampingi Owi dan Butet, sapaan akrab ganda campuran peraih emas Olimpiade Rio de Janeiro itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, arak-arakan dan penyambutan besar-besaran terhadap Owi/Butet justru menciptakan kecemburuan di kalangan atlet yang tidak meraih medali.
"Saya melihatnya karena saya orang seni, orang seni itu lebih berbicara pada hati. Mereka (atlet non-medali) jalan lesu, yang dielu-elukan hanya Owi/Butet," ujar Krisna kepada
CNNIndonesia.com, usai rapat.
"Kalau saya jadi panitianya, paling tidak mereka semua bersama Owi dan Butet digiring dulu di depan para media dan diperkenalkan seluruh pahlawan Indonesia. Jangan langsung difokuskan kepada Owi/Butet."
Secara psikologis, Krisna mencoba merasakan suasana batin tersebut. Menurutnya, hal semacam itu harus dijadikan pembelajaran di masa mendatang.
"Harusnya saat ke Istana juga rombongan pergi. Jadi kadang-kadang kita kurang peka terhadap hal-hal yang bersifat kepekaan hati seseorang," kata Krisna.
Sementara itu juru bicara Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto, tak sependapat dengan Krisna. Menurutnya, semua atlet sudah diterima dengan baik dan dikalungkan bunga begitu turun dari pesawat dengan disaksikan langsung oleh para awak media.
"Kalau saat jumpa pers memang suasananya sudah secara emosional sorotan media ke para peraih medali, sehingga yang tak dapat medali kurang disorot. Jadi, tidak ada maksud kami untuk mengabaikan mereka. Namun, mohon maaf jika itu kurang berkenan di hati anggota Dewan yang ada di sana," ungkap Gatot.
Saat konvoi, sambung Gatot, para atlet juga diundang pihak Kemenpora RI. Namun, pihaknya tentu tak bisa berbuat apa-apa terkait incaran banyak media yang lebih banyak menyoroti para peraih medali.
"Apalagi bandros penuh, bahkan sempat berhenti lama di perjalanan karena hampir semua media rebutan
live di atas bandros. Sopir pun sempat mengeluh ke staf saya," tutur Gatot menjelaskan.
(bac)