Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Eksekutif PSSI baru saja terbentuk. Sebanyak 12 dari 46 calon yang lolos verifikasi, terpilih menjadi anggota Exco PSSI untuk periode 2016-2020.
Dasar pemilihan anggota Exco oleh 105 voter memang tidak berlandaskan pada kewilayahan mereka. Para anggota Exco PSSI ini dipilih berdasarkan proses pemilihan langsung dari para voter.
Namun, tetap menarik diulas perimbangan peta kekuatan mereka berdasarkan wilayah di Indonesia. Dari 12 nama anggota Exco, Jawa Tengah yang mendominasi jabatan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat empat dari 12 anggota Exco berasal dari Jawa Tengah. Mereka adalah Johar Lin Eng, Yoyok Sukawi, Condro Kirono, dan H Hidayat.
Johar Lin Eng tak asing lagi di lingkungan PSSI, terutama di Jawa Tengah. Jabatannya sebelum jadi anggota Exco adalah sebagai Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Tengah.
Sementara Yoyok merupakan CEO PSIS Semarang. Nama Yoyok juga termasuk familier di lingkungan PSSI.
Dua nama lainnya bisa dibilang masih cukup asing di lingkungan dalam PSSI pusat, yakni Condro dan H Hidayat.
Sosok Condro lebih dikenal sebagai jabatannya sebagai Kapolda Jawa Tengah. Sedangkan H Hidayat merupakan manajer sekaligus pemilik klub Divisi Utama Persebo Bondowoso.
Wakil-wakil dari Jawa Tengah ini disebut-sebut terpilih dengan mampu mendapuk suara dari klub-klub Divisi Utama dan Amatir di Jawa Tengah, serta sejumlah klub lainnya. Untuk Jawa Tengah, voter dari klub itu mencapai tujuh suara, sedangkan di Jawa Timur ada 13 suara.
Yang menarik, calon-calon dari Jawa Barat yang diprediksi bakal terpilih, malah berguguran. Sebut saja, Umuh Muchtar dan Duddy Sutandi. Justru nama Papat Yunisal satu-satunya Exco PSSI dari Jawa Barat untuk mengisi Exco PSSI dari kalangan perempuan.
Papat pun lebih dikenal dalam kepengurusan Asosiasi Sepak Bola Wanita ketimbang aktivitas di sepak bola Jawa Barat seperti Asprov.
Sementara pengamat sepak bola sekaligus pengurus di Asprov Jawa barat, Tommy Apriantono melihat, pemilihan Exco PSSI lebih bersifat politis dan penuh dengan lobi-lobi kuat di dalamnya.
"Biasanya yang banyak terpilih berasal satu paket dengan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI yang memenangkan pemilihan. Gerbongnya pasti ada yang ikut," tutur Tommy kepada CNNIndonesia.com.
"Jadi, basis kewilayahan tentus sudah tidak relevan lagi."
Lagi pula, menurutnya, posisi di PSSI pusat juga tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap kemajuan sepak bola daerah asal para Exco tersebut.
Sementara Tonny Aprilani calon Ketum PSSI yang berasal dari Jawa Barat, memilih mundur dari pertarungan di Kongres Pemilihan PSSI.
Namun, Tonny juga terkejut nama seperti Umuh Muchtar justru tak terpilih sebagai Exco PSSI. Padahal, menurutnya, manajer Persib Bandung itu masuk dalam gerbong pendukung Edy Rahmayadi.
"Mungkin memang ada dinamika yang kencang juga di dalam gerbong tersebut sehingga Pak Umuh akhirnya kalah perolehan suara," ungkap Tonny.
Sedangkan Duddy gagal meraih suara karena disebut-sebut ia menyeberang ke kubu salah satu calon Ketum PSSI lainnya sehingga suaranya jadi berkurang drastis.
Sementara itu, sisa tujuh anggota Exco PSSI lainnya tersebar ke beberapa daerah. Di Sumatera misalnya, ada dua dari Sumatera Barat, yakni Refrizal dari klub Semen Padang dan Verry Muliadi dari Asprov Sumatera Barat.
Sedangkan satu lagi dari pengurus klub PSPS Pekanbaru, Juni A Rachman, juga terpilih sebagai Exco PSSI.
Tiga nama tersebut termasuk nama-nama baru yang masuk dalam lingkaran dalam PSSI pusat.
Sisanya berasal dari Jakarta seperti Gusti Randa, Pieter Tanuri yang merupakan petinggi Bali United, Yunus Nusi (Ketua Asprov Kalimantan Timur), dan Dirk Soplanit (Asprov Maluku).
Ironisnya, tak ada satu pun perwakilan dari Sulawesi maupun Papua yang menempatkan satu pun wakil di dalam jabatan anggota Exco PSSI.
Seperti disebutkan Tommy, mekanisme pemilihan langsung oleh voter menjadi konsekuensi tak meratanya seluruh perwakilan Exco di setiap daerah.
Banyaknya kantong-kantong suara klub profesional hingga amatir di wilayah tertentu pun yang menjadi salah satu faktor calon-calon yang mendominasi di Exco dalam Provinsi tertentu.
Yang menjadi sorotan lainnya, tak semua anggota Exco memang berlatar belakang dalam salah satu pembidangan yang dianggap vital.
Untuk masalah perwasitan misalnya, tak ada yang paham betul soal seluk beluk wasit-wasit di Indonesia. Padahal, ini diperlukan ketika nantinya dilakukan pembentukan Komite Wasit PSSI misalkan.
Bahkan, masih ada sosok yang berasal dari jabatan politik seperti Refrizal. Ia masih tercatat sebagai anggota DPR RI Komisi XI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.
Tentu saja ini akan menjadi tantangan bagi Edy Rahmayadi sebagai Ketum PSSI yang baru untuk menjaga kekompakan dalam kepengurusannya.
(bac/jun)