Jakarta, CNN Indonesia -- Atlet angkat besi nasional, Triyatno, membantah ia dan rekan-rekannya menolak sentralisasi pelatnas di kawasan Olympic Center Cibubur. Menurutnya, alasan ia dan lifter pelatnas lainnya belum memulai berlatih di sana lantaran masih menunggu kepastian tempat tinggal.
"Tidaklah. Bohong itu (penolakan sentralisasi pelatnas)," kata Triyatno kepada
CNNIndonesia.com, Senin (21/11).
"Sekarang kami hanya terbentur masalah tempat tinggal saja selama kami menjalani pelatnas. Kalau tempat tinggalnya sudah siap, kami siap masuk pelatnas," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah tempat latihan pelatnas angkat besi yang semula berada di Pintu Kuning, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, ikut direnovasi jelang Asian Games 2018, mereka dipindahkan ke kompleks di Cibubur yang sudah disiapkan Kemenpora.
Namun, kompleks yang belum mulai direnovasi itu dirasa belum cukup memenuhi standar akomodasi pelatnas angkat besi Asian Games 2018. Triyatno menyebut kondisi kamar yang ada di Wisma Soegondo Djojopoespito, kompleks Olympic Center, terlalu sempit untuk ditempati para atlet.
Padahal, setelah selesai mewakili Indonesia di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil, kini para atlet angkat besi harus sudah mulai berlatih kembali dan menjalani persiapan jelang SEA games 2017 Malaysia, Asian Games 2018, maupun Olimpiade 2020 Tokyo.
Hal senada juga diakui manajer pelatnas angkat besi Indonesia, Alamsyah Wijaya, beberapa waktu lalu. Alamsyah menganggap Wisma Soegondo Djojopoespito yang disiapkan Kemenpora belum bisa memenuhi kebutuhan para atletnya.
Alamsyah mengatakan, Wisma Soegendo sudah terlalu penuh untuk dihuni total 15 lifternya. Belum lagi ukuran kamar yang kecil dan fasilitas nutrisi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan para lifter membuat Alamsyah semakin tidak bersemangat untuk memasukkan lifternya ke gedung lama di kawasan PP PON, Cibubur itu.
Alamsyah memilih untuk menyewa rumah yang lokasinya berdekatan dengan kompleks pelatnas. Rencananya, rumah itu akan disewa untuk dua tahun ke depan.
"Nanti akan dihuni sekitar 18 orang yang terdiri dari 15 atlet dan tiga pelatih. Kami juga akan menyewa tukang masak yang akan mengatur nutrisi atlet," ungkapnya.
Terkait biaya, Alamasyah masih akan meminta bantuan kepada Ketua Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI), Rosan Roeslani. Jika opsi itu gagal, ia akan mencari bantuan kepada pihak lain.
"Terpenting, kami bisa terus latihan. Kami bisa jalan dengan baik dan tenang. Permasalahan ini sudah berlarut-larut," katanya menegaskan.
(vws)