Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Umum Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) Ahmad Hadadi menegaskan siap menjatuhkan sanksi tegas bagi atlet yang positif doping di PON 2016 Jawa Barat.
Namun, sebelum menjatuhkan sanksi, ia akan terlebih dahulu menggelar rapat koordinasi bersama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat. Sidang putusan juga akan melakukan verifikasi kebenaran hasil tersebut untuk menentukan sanksi yang bakal diberikan kepada atlet yang positif doping.
"Yang jelas kami tidak boleh mendahului (hasil dari tes doping). PB PON siap melakukan tindakan sesuai ketentuan," kata Hadadi melalui sambungan telepon kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (29/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai dari penarikan medali sampai mengambil hak-haknya sebagai atlet. Termasuk pelarangan tampil maksimal sampai empat tahun di berbagai event itu, termasuk PON 2020 di Papua, jadi hukuman paling beratnya," ungkap Hadadi.
Dijelaskan Hadadi, ada rumusan untuk bisa menentukan hukuman bagi atlet pengguna doping. Sidang itu bertujuan untuk mengetahui apakah yang bersangkutan sedang sakit atau tidak karena hasil tes akan berpengaruh pada jenis obat yang dikonsumsi ketika sakit.
"Kalau zat dopingnya itu berkaitan dengan obat penyakitnya misalnya, mungkin itu juga akan membantu pertimbangan untuk menjatuhkan sanksi," sebut Hadadi memaparkan.
"Setelah hasil aslinya di dapat baru bisa diketahui. Ini kan baru
scan saya ingin yang lebih valid, tidak boleh sembarangan. Awal tahun ini kemungkinan baru akan ketahuan hasilnya dan sanki terhadap pengguna doping," simpulnya.
Peraih Emas Jadi Prioritas Sementara itu, dari sekitar 473 sampel urine yang dikirimkan ke Laboratorium Anti-Doping Nasional India di New Delhi, semuanya merupakan para peraih medali di PON 2016 karena adanya keterbatasan biaya. Prioritas ada pada peraih medali emas yang dianggap mencurigakan atas prestasinya yang luar biasa di ajang multievent nasional empat tahunan itu.
"Kami sudah biasa mendata prestasi para atlet nasional. Kalau tiba-tiba hasilnya hebat, luar biasa kami ambil sampelnya. Syukur-syukur kalau hasilnya benar murni karena latihan. Yang kami khawatirkan kalau ada modus, menggunakan obat yang dilarang," beber Hadadi.
Menurut jadwal, hasil autentik tes doping atlet peraih medali PON 2016 baru selesai di pekan pertama Desember 2016. Setelah dikirimkan ke India sejak PON 2016 selesai, September 2016.
Karena proses tes doping itu pun belum dibayarkan, PB PON maupun KONI Pusat tidak memiliki kewenangan untuk bisa mengumumkannya, meski ada informasi 12 sampel terindikasi positif doping.
"Waktu pengiriman ini tidak boleh mundur karena ini menyangkut pembiayaan sehingga harus dipertanggungjawabkan. Kami ingin secepat mungkin untuk menutup masalah anggaran. Setelah itu baru dipertanggungjawabkan. Kami kan juga akan diaudit BPK sehingga harus segera," pungkasnya.
(bac)