Jakarta, CNN Indonesia -- Terlahir tanpa lengan, Ismail Zulfic, tetap semangat berlatih renang di sebuah kolam ukuran Olimpiade di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina. Bocah berusia enam tahun itu berlatih renang untuk menyelesaikan misi melawan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.
Ismail berlatih berenang sebanyak tiga kali dalam sepekan. Orang tuanya mengantar dia dari rumah yang berada di kota industri Zenica ke Sarajevo. Jarak dari rumah ke tempat latihan itu disebutkan sejauh 70 km.
Sabtu (3/12) lalu adalah Hari Internasional Penyandang Disabilitas yang dicanangkan PBB. Hari ini diperingati sebagai rangkaian upaya mengerdilkan diskriminasi terhadap penyandang difabel. Di Bosnia, seperti dilansir
AFP, hampir 10 persen dari populasinya yang berjumlah lebih dari 3,5 juta merupakan difabel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar akibat konflik bersenjata yang terjadi pada awal dekade 1990an.
Bocah-bocah difabel di Bosnia mendapatkan bantuan lima kali lebih sedikit dibandingkan janda veteran perang. Tak hanya itu kemudahan akses para penyandang difabel untuk mencapai sekolah, aula olahraga, ataupun institusi lain masih terbatas.
Salah satu aktivis sosial di Bosnia, Zarko Papic, menjelaskan pemerintah memberikan bantuan kepada veteran perang yang terluka sebanyak 950 euro per bulan, dan korban perang sipil pada dua dekade lalu mendapatkan 650 euro. Sementara itu penyandang difabilitas, seperti Ismail, maksimal mendapatkan 200 euro termasuk perangkat medis dan bantuan lainnya. Namun, itu dinilai kurang.
"Ini adalah diskriminasi yang sistematis, yang dikembangkan oleh hukum [negara]," kata Papic.
Berkaca pada hal tersebut, Amel Kapo, seorang lulusan sekolah olahraga yang kini berusia 30 tahun menangkap kegelisahan tersebut. Itulah yang kemudian membuat dirinya membangun sekolah renang yang dikhususkan kepada bocah-bocah difabel.
Latihan tersebut diberikan Amel kepada anak-anak penyandang disabilitas tanpa ditarik biaya. Saat ini dia tak sendirian, karena bersama dirinya juga ikut tiga orang yang menjadi relawan.
Namun, Amel tetap harus mengeluarkan biaya. Salah satunya untuk menyewa kolam renang tempatnya melatih yakni sekitar 650 euro per bulan. Saat ini dia terbantu dengan donasi dari dua pebisnis lokal.
Saat ini ada sekitar 50 anak dalam klub tersebut yang datang dari seluruh wilayah negara Balkan tersebut.
Ayah Ismail, Ismet Zulfic, berbincang seraya mengamati anaknya berlatih di kolam renang. Dalam perbincangan tersebut, Ismet mengatakan anaknya beberapa kali ditolak ruang perawatan anak di Zenica sebelum dia menemukan satu tempat yang menerima sang bocah.
Kini, Ismet berharap suatu hari nanti putranya itu akan mampu berenang untuk Bosnia, dalam kejuaraan Paralimpiade dan menjadi seorang warga negara yang lebih baik di masa depan.