Jakarta, CNN Indonesia -- Hendra Setiawan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di pelatnas Cipayung pada tahun 2002 silam. Saat masih jadi pemain muda, Hendra mengaku sangat mengagumi Candra Wijaya.
Ketika Hendra masuk, Candra adalah salah satu pebulu tangkis ganda putra papan atas yang dimiliki Indonesia. Saat itu Candra sudah berstatus sebagai juara dunia dan juara Olimpiade.
"Saat saya masuk, ada banyak senior yang berprestasi hebat, mulai dari Candra, Tony Gunawan, Sigit Budiarto, hingga Halim Haryanto."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin yang membuat saya paling sungkan dan saya kagumi adalah Candra," ujar Hendra dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com.
Dengan status Candra yang sudah ada di puncak dunia dan Hendra yang masih mulai merintis karier, maka terkadang Hendra merasa inferior di depan Candra.
"Kalau hanya sekadar bertegur sapa, tidak masalah, namun saya tidak sampai ngobrol dalam waktu lama dengan dia."
"Selain itu, kalau sedang latihan dan berpasangan dengan dia, saya sangat berhati-hati sekali karena takut membuat salah," tutur Hendra.
Di balik kekaguman Hendra pada Candra, Hendra pun kemudian mengaku terinspirasi untuk mengikuti jejak seniornya.
"Candra itu latihan datang paling awal dan pulang paling akhir. Dalam hati saya, dia yang sudah jadi juara saja, masih rajin latihan. Itu berarti saya harus berlatih lebih keras dari itu bila ingin jadi juara," ujar pemain asal Jaya Raya Jakarta ini.
Beberapa tahun kemudian, Hendra mulai menikmati hasil kerja kerasnya. Kini di usianya yang sudah 32 tahun, Hendra sudah mengecap manisnya juara Olimpiade, juara dunia (tiga kali), dan juara All England.
Hendra pun kini memiliki karisma yang tak kalah dengan karisma Candra yang sempat ia kagumi ketika masih jadi pemain muda dulu. Para pemain muda memandang Hendra dengan penuh rasa hormat, kagum, dan diselingi rasa segan.
"Saya berusaha untuk biasa saja. Saya tetap berdiskusi dan bercanda dengan para pemain muda yang ada di sini," tutur Hendra.
(ptr)