Jakarta, CNN Indonesia -- Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2016 yang digelar di GOR Lila Bhuana Bali pada 3-8 Desember lalu menyisakan kisah manis bagi para pesilat Amerika Serikat.
Pasalnya, di sana mereka untuk pertama kalinya berhasil memenangkan sejumlah pertarungan hingga babak semifinal. Sebuah pencapaian tersendiri bagi negara yang menjadi satu-satunya wakil dari benua Amerika tersebut. Maklum, pencak silat belum sepenuhnya tersebar di belahan benua Amerika lain seperti Amerika Latin.
Pelatih tim pencak silat dari Negeri Paman Sam, Richard Anthony, menjadi salah satu orang yang berjasa atas pencapaian tersebut. Kepada CNNIndonesia.com , laki-laki asal Washington DC tersebut bercerita tentang perkenalan pertamanya dengan pencak silat saat usianya baru 15 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teman saya memiliki band rock and roll, salah satu anggota bandnya adalah dari Indonesia. Lalu mereka belajar pencak silat di Kedutaan Indonesia di Washington DC. Setelah kurang lebih dua pekan, teman saya itu mengajak saya dan mengatakan, 'Richard, maukah kamu belajar seni bela diri? Bela diri ini luar biasa. Tapi ingat, ketika kamu sudah memulainya, kamu tidak boleh berhenti.'," kata Richard.
"Lalu saya katakan, 'Baiklah, saya akan mencobanya.' Kemudian saya belajar pencak silat selama sepekan dan saya tahu diri saya menyukai bela diri ini, itulah cerita saya 31 tahun lalu. Jadi kurang lebih sudah selama itu saya belajar silat," ucap Richard menambahkan.
Richard belajar silat dari beberapa instruktur asal Indonesia.
"Ada Kak Oceng, Toni, Cahyo, Aris, Alex, dan Amir, itu semua instruktur saya. Mereka berlatih di garasi kedutaan Indonesia pada waktu itu," tutur Richard.
Richard mengaku tidak mengalami banyak kesulitan saat belajar silat, tapi ia mengakui gerakan silat sulit dipelajari. Terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan keseimbangan dan kemampuan untuk menjatuhkan lawan dengan guntingan kaki.
Sementara itu pesilat putri Amerika yang sekarang jadi murid Richard, Amanda Pareira, bercerita bahwa silat bukanlah olahraga beladiri yang pertama ia geluti. Sedari usia 8 tahun, Amanda belajar Karate di Washington DC.
"Ketika saya sedang berlatih untuk mendapatkan sabuk hitam, saya sedang berada di Indonesia karena ibu saya (Erna) orang Indonesia. Saat itu saya perlu mencari kegiatan bela diri untuk dapat mempertahankan kebugaran saya, jadi saya belajar pencak silat."
"Setelah tiga pekan latihan terus selama dua sampai tiga jam, saya kembali ke Amerika Serikat dan mendapatkan sabuk hitam karate," kata Amanda.
Setelah mendapatkan sabuk hitam Karate, Amanda memutuskan untuk berhenti belajar bela diri untuk sementara waktu.
"Saya kemudian rehat sejenak dari bela diri, sampai akhirnya menemukan perguruan tempat Richard berlatih. Mereka berlatih di lantai dasar kedutaan Indonesia, saya ikut berlatih sampai sekarang. Saya juga masih berlatih karate bersama saudara laki-laki (Adam Pareira) dan ayah saya (Alpha Pereira)," ujar Amanda.
Menurut Amanda, tidak ada yang lebih baik antar satu bela diri dengan bela diri lainnya. Hanya saja, ia berpendapat pencak silat memiliki gerakan yang gemulai, hampir seperti menari. Pencak silat bagi Amanda seperti kombinasi antara jujitsu dan karate.
"Tinggal minat Anda mau mempelajari bela diri yang seperti apa? Saya pikir ilmu karate dan pencak silat saling melengkapi dan itu baik adanya," ujar Amanda.
(ptr)